Kamis, 22 November 2018

Pendidikan sepanjang Hayat dalam konsep Islam (Tugas 9)

1 komentar:
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahhirabbil alamin segala puji syukur kepada Allah subhanahu wata'ala tuhan kita semua, sehingga pada kesempatan kali ini saya diberikan kesempatan untuk menulis artikel sekaligus tugas pendidikan agama islam ini. Sholawat serta salam tidak lupa saya haturkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju islamiyah ini. pada kesempatan yang sangat berharga ini saya akan membahas tentang Pendidikan sepanjang Hayat dalam konsep Islam. 

     Sebelum melangkah pada pembahasan kali ini saya akan membahas terlebih dahulu apa itu pendidikan? dan apa itu islam ?
mungkin sedikit tentang tahu arti sebenarnya pendidikan dalam islam. Islam agama yang diturunkan oleh Allah SWT yang dibawa melalui via malaikat jibril dan di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Islam agama yang sempurna dan telah disempurnakan oleh Allah, yang mana agama islam sendiri adalah agama penyempurna dari agama-agama yang sebelumnya ada sejak nabi Adam AS. Islam menurunkan sebuah kitab suci yang man kitab suci ini adalah mukjizat terbesar didunia dan akan di bawah samapai di akhirat, Allah telah menurunkan kitab suci Al-Qur'an yang mana didalamnya sudah banyak disebutkan dan di ulang tentang konsep pendidikan sepanjang menurut Al-qur'an, dan juga telah di sampaikan di banyak perawi hadist yang menjelaskan tentang pendidikan. Berikut penjelasan tentang Pendidikan sepanjang hayat dalam konsep islam.

     Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia memiliki keistimewaan yaitu memiliki akal dan pikiran. Akal dan pikiran tersebut harus dimanfaatkan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah. Salah satu caranya yaitu dengan menuntut ilmu melalui berbagai macam proses pendidikan. Menuntut ilmu bagi orang islam sangat dianjurkan (Wajib) atas dirinya dari pertama ia dilahirkan di dunia sampai ia meninggal.

     Setiap muslim dan muslimah berkewajiban untuk menuntut ilmu/ belajar, baik ilmu tentang hal-hal dunia maupun ilmu yang mempelajari tentang urusan akhirat. Ilmu-ilmu tentang hal-hal di dunia antara lain Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa, dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang mempelajari tentang urusan akhirat yaitu ilmu agama, yaitu agama Islam. Kedua ilmu tersebut harus seimbang sehingga kehidupan dunia dan akhirat kita juga akan seimbang. Nabi Muhammad S.A.W. bersabda:
“Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat.”

Setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa mengharapkan datangnya kebahagiaan tanpa menuntut ilmu. Dalam hal ini, Nabi Muhammad S.A.W bersabda:
“Barang siapa yang menghendaki (kebahagiaan) dunia maka hendaklah ia berilmu dan baragsiapa yang menghendaki (kebahagiaan) akhirat maka hendaklah ia berilmu  dan baragsiapa yang menghendaki kedua-duanya maka ia pun harus berilmu.”

Manusia tidak akan bisa menjaga diri kita kalau tidak memiliki ilmu. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah yang artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q. S. At Taubah: 122).

Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Telah banyak disebuatkan di dalam kitab suci Al-qur'an menjelaskan tentang mencari ilmu hingga akhir hayat. Karena di dalam islam sendiri Ilmu bagaikan organ tubuh yang perlu di aktifkan dan jangan sampai di non-aktifkan kareana akan berdampak buruk pada manusia itu sendiri.

Pendididikan dalam Islam berlandaskan pada semua yang berada di dalam Al Quran dan Hadist. Ilmu yang diperoleh dari pendidikan juga wajib disebarluaskan kepada orang lain. Dimulai dari diri sendiri untuk mengikuti semua aturan dalam Islam yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, apabila telah menuntut ilmu, maka wajib untuk menyebarluaskan dan mengamalkannya. Ilmu yang tidak digunakan maka lama kelamaan akan terhapus dari ingatan manusia. Sebagaimana Rasulullah S.A.W bersabda:
“Barangsiapa yang mengajarkan ilmu, maka baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tidak kurang pahala bagi orang yang mengamalkannya.”

Apabila manusia mengajarkan ilmu yang telah mereka dapat, maka mereka akan memperoleh pahala seperti saat mengamalkan ilmu tersebut. Bila ilmu yang dimiliki tidak diajarkan, maka percuma saja memiliki ilmu sehingga ilmu tersebut hanya sia-sia. Sebagaimana Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Seseorang tidak dikatakan berilmu sehingga ia mengamalkan ilmunya itu.”
“Ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon tidak berbuah.”


Konsep pendidikan dalam Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yang artinya :
”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Konsep pendidikan dalam Islam berorientasi kepada pembentukan kepribadian muslim secara utuh dan menyeluruh. Tujuannya tidak sebatas dunia, melainkan menjangkau akhirat kelak. Dengan dilandasi kesadaran dan keyakinan bahwa manusia berasal dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan amalnya selama hidup di dunia.

 Konsep pendidikan dalam Islam bersifat universal.  Setiap manusia berhak dan wajib untuk memperoleh pendidikan. Tidak memandang perbedaan status, ras, warna kulit, dan sebagainya. Manusia tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan yang lain. Ilmu agama dan ilmu pengetahuan saling berhubungan satu sama lain. Manusia memerlukan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya di dunia dalam usaha mencapai kesejahteraan hidup. Sedangkan ilmu agama diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia. Jadi antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama saling memperkuat satu sama lain.

Untuk mencapai semua tujuan pendidikan maka tidak hanya cukup diperoleh melalui pendidikan formal saja, tetapi juga harus melalui pendidikan informal, dan pendidikan non formal. Pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu proses pendidikan secara berlangsung tanpa batas waktu dan tempat mulai sejak lahir sampai akhir hayat manusia. Pendidikan ini dilaksanakan di jalur pendidikan formal, non formal maupun informal yang berlansung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, menumbuhkan kesadaran bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis serta mengembangkan dan meningkatkan harapan hidup manusia. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup adalah merupakan akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan profesional, pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan dan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik. Bagi seorang muslim, tidak ada isitlah berhenti untuk belajar seumur hidup karena belajar bagi seorang muslim adalah belajar untuk senantiasa memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukan dan belajar untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas hidup baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horizontal (hablumminannas).

Semoga artikel yang sederhana dan singkat ini bisa menambah pengetahuan pembaca dan semiga mendatangkan manfaat didunia sampai diakhirat, jika ada kata-kata atau penulisan yang salah mohon dimaklumi dan saya pribadi mohon maaf sebesar-besarnya. jika anda berkenan mengomentari artikel saya ini saya sangat tersanjung. demikian saya akhiri. Alhamdulillah.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Artikel ini mendapat reverensi dari:

Manusia Sebagai Makhluk Siyasah (Tugas 8)

Tidak ada komentar:


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat tak lupa shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehinggga say dapat melanjutkan tugas ke delapan ini, pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia Sebagai Makhluk Siyasah. sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang artikel ini sebelumya para pembaca harus tahu apa itu Siyasah? Siyasah secara emitologis berasal dari bentuk masdar dari sasa yasusu yang artinya "mengatur, mengurus, mengemudikan, memimpin dan memperinta". di samping itu juga berarti "politik dan penetapan suatu bentuk kebijakan". pada kata sasa memiliki sinonim Dabbara (mengatur), to lead (memimpin), to govern (memerintah) dan policy of government (kebijakan pemerintah). Devinisi yang di kemukakan oleh beberapa tokoh yaitu:
-Ibnu Mansur (ahli bahasa di mesir) menyebutkan siyasah yaitu mengatur sesuatu dengan cara membawa kemaslahatan.
-Abdurrahman menyebutkan bahwa siyasah merupakan hukum dan kebijaksanaan yang mengatur berbagai urusan umat atau masyarakat yang berkaitan dengan pemerintah hukum dan peradilan, lembaga pelaksanaan dan administrasi, begitu pula yang berkaitan dengan hubungan luar negeri.

jika yang dimaksud dengan siyasah ialah mengatur segenap urusan ummat, maka islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan, islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan ummat. akan tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tetapi, islam juga tidak pernah melepaskan diri dari masalah kekuasaan.

Peninjauan untuk menentukan sikap atau lebih kita kenal dengan Orientasi, orientasi utama kita terkait dengan masalah kekuasaan aialah menegaknya hukum-hukum Allah dimuka bumi. Ini menunjukan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah SWT. Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan islam menentang adanya penguasaan mutlak seorang manusia atas manusia yang lain, karena yang demikian ini bertentangan dengan doktrin Laa ilaha illallah yang telah membebaskan manusia dari segenap thaghut(tiran). Sehingga, Kekuasaan manusia yang menentang hukum-hukum Allah adalah tidak sah.

Kekuasaan dan politik dalam Islam di dalam Al-Qur'an sudah disebutkan; "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (memerintahkan kebijaksanaan) di antara kamu supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah mendengar lagi maha melihat. Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih tentang suatu, maka kembalikan kepada Allah (Al-Qur'an) dan rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) lagi lebih baik akibatnya" (QS. An-Nisa : 58-59).

Dari kedua ayat tersebut tentunya kita harus pahami lebih, dinilai oleh para ulama' sebagai prinsip-prinsip pokok yang menghipun ajaran islam tentng kekuasaan dalam pengertian tanggung jawab terhadap amanahnya serta kekuasaan AllahSWT. Hal ini menandakan bahwa semua aspek kehidupan manusia telah diatur oleh Allah SWT melalui konstitusi yang ada di dalam Al-Qur'an, ini menendakan adanya syumuliatul Islam. Amanat dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu diantaranya adalah perlakuan adil. Keadilan yang di tuntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan, atau kaum muslim saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.

Dari sekian pengertian dapat disimpulkan bahwa fiqih siyasah merupakan konsep yang digunakan untuk mengatur hukum ketatanegaraan dalam bangsa dan negara dengan tujuan untuk mencapai kemaslahatan dan sekaligus mencegah kemudharatan.

Tujuan dari pada siyasah yaitu menata kehidupan manusia di dunia untuk di jadikan bekal bagi kehidupan yang selanjutnya (akhirat). Karena islam memandang kehidupan manusia di dunia sebagai ladang bagi kehidupan akhirat sehingga hidup ini memerlukan konsep yang benar dan sesuai dengan aturan-aturan yang Allah tetapkan melalui Kitab dan RosulNya agar menghasilkan kehidupan yang damai dan harmonis antara satu degan yang lainnya, karena manusia pasti memiliki keinginan hidup dengan orang lain secara damai dengan seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Keinginan tersebut merupakan cita-cita yang sesuai bagi kelangsungan hidup manusia dimuka bumi demi tercapainya suatu kepentingan. 

Perlu diketashui bahwasnya agama yang Rahmatal lilalamin Islam dan politik memiliki hubungan yang sangat erat, yang mana islam bukan hanya sekedar agama yang hanya memiliki prosesi-prosesi ritual dan ajaran kasih sayang, bukan hanya mementingkan aspek lega formal tanpa menghiraukan aspek-aspek moral. Yang mana  dalam hal ini politik berfungsi sebagai salah satu sendi kehidupan yang juga di atur oleh islam. Akan tetapi, islam tidak terpaku pada urusan politik saja. Karena agama yang sempurna dan telah disempurkan oleh Allah SWT.

Semoga artikel yang singkat ini bisa menambah pengetahuan para pembaca dan manfaat bagi semua jika ada kesalahn dalam artikel ini baik tulisan dan lain-lain mohon dimaafkan karena disini saya masih belajar juga. sekian tugas agama islam ke delapan ini. semoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini mendapat sumber dari:


Rabu, 21 November 2018

Mawaris atau Faraid (Tugas 7)

Tidak ada komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehingga pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang apa itu Mawaris atau  Faraid. 

Mawaris berasal dari kata waris atau mirats, yang mana waris memiliki arti berpindahnya sesuatu, yang lebih dikenal dengan harta berupa materi dari seorang pewaris kepada ahli waris. Sedangkan secara istilah mawaris juga diartikan perpindahan harta ataupun kepemilikan suatu benda dari orang yang meninggal dunia. Sedangkan Faraid atau dikenal dalam bahasa arab Mafrud'ah adalah bagian pada harta yang peninggalan yang mana sudah ditentukan kadarnya. 

Pentingnya mempelajari ilmu Mawaris sangat penting karena sebagai umat islam sangat perlu mempelajari ilmu tersebut. karena  ilmu mawaris adalah ilmu pembagian harta warisan, Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjelaskan di awal  dan di akhir surat An-Nisa. Allah sendiri lansung yang memberi warisan demi kemaslahatan mahluknya. Allah Subhanahu wa ta'ala menetapkan laki-laki memperoleh dua bagian dari perempuan, tidak seorangpun yang boleh menyangkal hukum dan peraturannya, karena dialah Dzat yang maha adil dan maha bijaksana.

Dasar-dasar hukum Mawaris sendiri sudah banyak disebutkan di dalam kitab suci Al-qur'an dan  Hadist Rasulullah SAW. Diantaranya Firman Allah SWT. pada Qs. An-Nisa' ayat 7 yang artinya " Bagi orang laki-laki ada hak bagian dar harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. " dan masih banyak lagi yang terdapat di Al-qur'an.


Hukum mawaris yang ada pada hadist yang banyak diriwayatkan oleh para sabahat salah satunya ialah. " Ibnu Mas'ud pernah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku:Hendaklah kalian belajar ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah ilmu fara'id dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah Al-qur'an dan ajarkanlah kepada manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil(wafat), dan ilmu senantiasa akan berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada dua orang yang akan berselisih pendapat tentang (wajib atau tidaknya ) suatu kewajiban, dan keduanya tidak mendapatkan orang yang dapat memutuskan antara keduanya."(HR. Ad-Darimi). dan masih banyak lagi hadits Rasulullah SAW yang telah diriwayatkan oleh para perawi hadist.


Setelah kita membahas mawaris atau faraid yang ada pada Al-Qur'an dan Hadist kita beranjak pada Ciri-ciri pembagian mawaris dalam islam. 


1. ketetapan warisan merupakan peraturan yang bersifat sosial dan mengikat bagi siapa saja yang telah bersaksi bahwa Allah Subhanahuataala sebagai Rabbnya dan Muhammad sebagai nabi dan rasulnya.


2. Bahwasanya Allah Subhanahu wa ta'ala telah menempatkan setiap pemilik hak pada posisinya yang layak.


3. Dengan pembagian yang adil sesuai syariat tersebut, berarti islam telah berusaha memperkuat jalinan persaudaraan dan memperkokohnya dengan tali silaturahim.


4. Islam sangat mempedulikan kepemilikan individu, sehingga mendorong seseorang untuk berusaha sekuat tenanga, dengan harapan orang-orang yang dia cintai akan ikut merasakan manisnya hasil usahanya tersebut. Hal seperti ini tidak didapatkan pada masa jahiliyah Arab dan hukum adat.


5. Pembagian harta waris berdasarkan kebutuhan. Semakin seseorang membutuhkan kepada harta warisan, semakin banyak pula dia memperolehnya. Oleh karena itu, laki-laki memperoleh bagian lebih besar, karena laki-laki membutuhkannya dari pada perempuan.


Tujuan ilmu Mawaris atau Faraid adalah untuk menyelamatkan harta benda yang dimiliki oleh orang yang sudah meninggal dunia agar terhindar dari pengambilan harta orang-orang yang berhak menerimanya dan tidak adanya orang-orang yang memakan harta orang lain. Hukum mempelajari ilmu mawaris adalah fardu kifayah.


Sebab-sebeb memperoleh warisan dala islam yaitu: 1. Hubungan nasab. 2. Hubungan Pernikahan. 3. Wala' (sebeb memperoleh warisan akibat jasa seseorang yang telah memerdekakan hamba yang sebelumnya menjadi budak ataupun karena budak tersebut menjadi kaya).


Sekian Pembahasan artikel tugas Agama islam ini, semoga pembaca dapat memahami apa yang telah dijelaskan dalam artikel ini dan mendatangkan manfaat dan mendapat ridho Allah SWT. Akhir kata jika ada kesalahan dan mohon maaf.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Jumat, 16 November 2018

Manusia Sebagai Makhluk sosial (Tugas 6)

Tidak ada komentar:

Tugas 6 - Manusia Sebagai Makhluk sosial
 Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehinggga pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia sebagai makhluk sosial.


    Manusia adalah mahluk yang bisa dibilang rumitdan penuh misteri dan juga terkadang manusia dikatakan sebagai mahkluk yang sangat istimewa dari semua mahkluk yang tuhan ciptakan, manusia di ketegorikan sebagai mahluk yang sosial dan non sosial atau individual. Ada saatnya manusia itu harus jadi mahluk yang sosial dan adakalanya manusia harus menjadi mahluk yang sosial dan adakalanya manusia harus jadi mahluk yang individual. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.  Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari manusia lainnya. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

          Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan.
2. Dorongan untuk mempertahankan diri.
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.

          Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.


Sabda Nabi Muhammad saw . :

Artinya : Tidak boleh mendatangkan kerugian (bagi yang lain) dan tidak boleh membuat kerugian (bagi dirinya sendiri). (HR. Ibnu Majah).

Pada dasarnya, kewajiban manusia sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut :

1. Menghilangkan gangguan-gangguan pada diri sendiri.

Setiap individu manusia hendaknya selalu berusaha agar tidak suka untuk melakukan fitnah, berdusta, menghinakan dan merendahkan oranglain. Selain itu, harus berusaha agar jangan sampai berbuat yang merugikan orang lain. Suatu contoh misalnya : merusak tanaman, membunuh atau melukai binatang peliharaan tanpa alasan dan sebab, mengambil barang milik orang lain dengan jalan yang tidak sah dan benar

2. Berlaku baik terhadap orang lain.

Setiap orang islam harus berusaha agar dapat berbuat baik pada orang lain, sekalipun orang itu buruk perangai atau sikapnya.

Dalam dalil hadits Nabi dijelaskan :

Artinya : Sesungguhnya di atara seburuk-buruk manusia ialah orang yang ditinggalkan orang lain karena kejahatannya, (HR. Bukhari-Muslim)

Islam mengajarkan perihal pencapaian kesejahteraan dan perdamaian dalam hidup bermasyarakat baik antara perorangan maupun secara berkelompok. Oleh sebab itu orang Islam harus mampu menjadi pelopor dalam pembinaan perdamaian yang menuju ketentraman bagi masyarakat.

Dalam hadits Nabi diriwayatkan :

Artinya : hindarilah prasangka, karena prasangka itu adalah berita yang paling bohong. Jangan saling mencari keburukan-keburukan orang, jangan suka mengorek-korek rahasia orang lain, jangan saling menyaingi, dan jangan saling membenci, dan jangan saling marah dan jangan saling acuh tak acuh, Jadilah kamu semua sebagai hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari-Muslim)
Kemudian pada akhir dari hadits ini, dijelaskan :


انّ الله لاينظر الى صوركم واموالكم ولكن ينظر الى قلوبكم واعمالكم . رواه بخارى ومسلم

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan hartamu. Tetapi Allah melihat pada hati dan amalmu.

Dari keterangan hadits di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, ketentraman hidup bermasyarakat itu didorong oleh hati yang baik dan amal yang baik pula. Maka dalam hal ini yang dipandang oleh Allah bukanlah dari segi rupa atau harta dan wajah, tetapi yang dipandang dan diperhitungkan adalah justru hati dan amaliahnya.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah atau manusia sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

1.  Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2.  Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

3.  Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Manusia diciptakan Allah dari al-Alaq. Dari segi pengertian kebahasaan, kata ‘alaqantara lain berarti sesuatu yang tergantung. Memang, salah satu periode dalam kejadian manusia saat berada dalam rahim ibu adalah ketergantungan hasil pertemuan sperma dan ovum yang membelah dan bergerak menuju dinding rahim lalu bergantung atau berdempet dengannya. Yang berdempet itu dinamai zigote oleh pakar-pakar embriologi. 

Kata ‘Alaq dapat juga berarti ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak dapat hidup sendiri. Kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari sebab-sebab guna memperoleh apa yang di dambakan, sedang sebagian lainnya yang tidak terhitung banyaknya berada di luar kemampuan manusia. Apa yang didambakan itu tidak dapat tercapai kecuali jika sebab-sebab yang lain itu terpenuhi semuanya dan bergabung dengan sebab-sebab yang berada dalam jangkauan upaya manusia. 

Yang dapat mewujudkan sebab-sebab lain itu dan yang kuasa menggabungkannya hanyalah Allah SWT. Dialah Penyebab dari segala sebab. Ini merupakan keniscayaan dan keterpaksaan yang tidak dapat dielakkan setiap makhluk. 

Namun, selain ditentukan oleh Allah, perjalanan manusia juga sering dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh bantuan pihak lain. Apa pasal? Karena kebutuhan setiap orang sesungguhnya lebih banyak daripada potensi dan waktu yang tersedia untuknya. 

Si kaya, misalnya, membutuhkan kekuatan fisik, atau keterampilan, yang dimiliki si miskin. Pun sebaliknya, si miskin membutuhkan uang atau pekerjaan dari si kaya.

Dengan adanya saling butuh itu, maka manusia suka atau tidak suka, tidak dapat mengelak dari kerja sama. Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk memenuhinya dan kita kian tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan atau bantuan orang lain. Maka tidak heran, seiring kian tingginya kebutuhan, semakin seseorang tergantung kepada selainnya. Demikian pula sebaliknya. 

Jadi, jangan pernah menduga ada manusia yang dapat mengelak dari keniscayaan, kebutuhan dan ketergantungan itu — baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.

“Hai manusia, kamulah yang amat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha terpuji” (QS. Fathir ayat 150).

Semua kita berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Dengan kuasanya-Nya itulah kita membutuhkan-Nya serta tidak dapat mengelak dari kedudukan sebagai makhluk sosial.

Berkenan dengan hal itu, Bashar Ibnu Burd, seorang penyair Arab yang bijaksana, pernah menggubah sebuah syair berikut: “Aku disciptakan sebagaimana adanya, tidak diberi pilihan. Seandainya aku diberi, dan aku diberi yang tak kuinginkan, sungguh dangkal pengetahuanku tentang yang gaib.”

Allah sendiri, sebagai pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua dengan firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat ayat: 13).

Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi
“Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut Islam”

Dalam hal pergaulan hidup bermasyarakat, Islam  banyak sekali memberikan petunjuk, tuntunan, bimbingan dalam menciptakan suasana kehidupan yang aman, tentram, bahagia, damai dan sejahtera. Untuk ini antara lain Islam melarang adanya perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan kerugian baik bagi dirinya sendiri, lebih-lebih bagi kerugian orang lain.


Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam

Hidup menurut konsep islam bukan hanya kehidupan duniawi semata, tetapi berkelanjutan sampai pada kehidupan ukhrowi (alam akherta).  Dan apa yang kita lakukan selama di dunia, maka itulah yang akan kita petik di akherat nanti.

Hidup di dunia ini merupakan terminal dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang, mulai dari alam arwah, alam arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam akherat. Dan untuk bisa berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan mendapat ridho dari Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu mencari ridho Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan fungsi gandanya tersebut.

Semoga Artikel ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Dan dari artikel ini kita mendapat pelajaran bagi kita untuk hidup yang lebih baik lagi, dan jika ada kekurangan dan kata-kata yang salah pada tulisan saya ini mohon maaf dan anda berkenan mengomentari artikel saya ini sebagai tugas mata kuliah agama islam. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 


Artikel ini dikutip dari sumber di bawah ini :


Manusia Sebagai Makhluk Otonom (Tugas 5)

Tidak ada komentar:

    Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehinggga pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia sebagai makhluk otonom.


    Manusia sebagai makhluk otonom adalaah manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikapnya , dengan kata lain, ia adalah makhluk yang mandiri. Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi setiap orang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia harus dapat menjadi tuan atas diri. Terkadang manusia ada kalanya manusia tersebut menjadi tuan dan ada kalanya manusia harus tunduk dan patuh atas perintah allah. Manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana, karena manusia banyak memiliki keunikan, Keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia. Manusia sulit dipahami dan dimengerti secara menyeluruh tetapi manusia mempunyai banyak kekuatan-kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan mengembangkan pribadinya secara mandiri. Arti otonom adalah mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya. 

Hidayah itu adalah hal atau kejadian atau rahmat yang Allah berikan kepada mahkluk yang Allah kehendaki tidak ada pengecualian dalam manusia mendapatkan hidayah itu, akan tetapi hidayah harus di jemput atau dicari karena allah akan memberikan hidayah pada orang yang mencari, hidayah itu seperti rezeki dari tuhan memang akan diberikan kepada manusia akan tetapi kita harus mencari rezeki itu kita disuruh berusaha oleh Allah untuk mendapatkannya dengan cara yang halal begitupun hidayah.

   Manusia yang di beri nikmat akal, dan hanya manusia khusus saja yang di beri nikmat hidayah, Nikmat hidayah adalah nikmat tertinggi dari nikmat yang lainnya. karena jika manusia di berikan nikmat hidayah maka dia akan melupakan semua masalah dunia dan hanya terhubung kepada allah, Allhamdulillah bagi kita karena orangtua kita Islam(muslim), akan tetapi kita perlu tahu dan mengali lagi dan mempelajari tentang islam yang sejati agar kita nanti akan merasakan ketenangan dan kesempurnaan dalam beragama. kita adalah muslim sejak lahir dan sangat mudah bagi kita mendapatkan hidayah dari Allah, asal ada kemauan maka allah pasti akan memberikan hidayahnya kepada kita.  Hidayah terbesar bagi manusia umat Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an, karena kitab suci ini adalah kitab yang telah disempurnakan oleh allah dari kitab-kitab yang terdahlu.

          Nikmat hidup adalah nikmat yang paling mendasar. setelah nikmat hidup ada nikmat akal yang di berikan kepada seluruh manusia dan tidak di berikan kepada makhluk lain. sedangkan makhluk hidup lainnya dalam menjalani hari itu merupakan fitrah seperti apa yang ia dapatkan setelah lahir, walaupun dipelihara oleh manusia tetap merupakan fitrah melalui insting. ketika anak ayam keluar dari cangkang telurnya tanpa di ajari dia akan mencari makan beda dengan manusia, ketika manusia dilahirkan ia harus dimandikan dan diberi makan oleh orangtuanya. pagi-pagi burung keluar mencari nafkah dalam tanda petik, dia tidak punya sawah, tidak punya mall namun burung tetap mendapatkan makanannya. apakah manusia bisa ? tanpa punya sawah, tanpa ke mall, tanpa mempunyai apa-apa bisa mendapatkan makanan ?. manusia di beri akal dan karena itu manusia di utus oleh allah sebagai khalifah dibumi dan menetapkan mana yang baik dan buruk. 


    Juga ada beberapa nikmat yang diberikan Allah yaitu :

1    1. Nikmat Fitriyah.
Nikmat Fitriyah adalah nikmat yang ada pada diri kita atau personal kita. Dan janganlah angkuh seandainya kita diberikan rupa yang menarik. Syukurilah bahwa itu nikat yang diberikan oleh Allah semata-mata untuk hak-hal kebaikan dan akan kembali lagi padana kelak.

      2. Nikmat Ikhtiyariyah.
Nikmat ini berupa nikmat yang kita peroleh atas usaha kita. Semua nikmat harus kita syukuri. Sedekahkan harta yang kita miliki dan pergunakan ke jalan yang diridhoi Allah. Jika menjadi pemimpin dengan jabatan yang tinggi, jangan kita salah gunakan jabatan tersebut, karena itu pada hari perhitungan para pemimpin itu akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah, karena itu semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

3. Nikmat Alamah.
Nikmat alam sekitar kita. Kita tidak bisa hidup jika Allah tidak memberikan nikmat alamiah ini. Menjaga segala hal yang ada di bumi ini seperti udara dari pencemaran dan masih banyak yang lain.

4. Nikmat Diiniyah.
Nikmat Diiniyah adalah nikmat Agama Islam. Nikmat Iman. Bayangkan jika kita terlahir bukan dari rahim seorang muslimah? Mungkin saat ini kita menjadi kafir. Maka syukurilah nikmat-nikmat diin yang diberikan Allah kepada kita dengan menjalankan perintah-perintah agama serta menjauhi larangan Allah SWT.

5. Nikmat Ukhrowiyah.
Nikmat Ukhrowi adalah nikmat akhirat. Nikamt inilah yang akan kita petik nanti jika telah dihisab di yaumil mahsyar. Nikmat ini tergantung dari apa yang kita perbuat didunia ini. Jika semua nikmat diatas telah kita terima dan kita syukuri dengan baik, maka nikmat ukhrowi ini yang akan kita dapatkan dan rasakan jika nanti sudah di alam akhirat.

          Sebagai Manusia yang selalu diberikan nikmat dan rahmat oleh Allah, Sepatutnya kita selalu mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah terlebih lagi itu adalah nikmat yang diberikan kepada kita, karena allah akan menambah sesuatu selagi kita mensyukuri nikmatnya dan jangan mengkufuri nkmat Allah. bagaimana cara kita mensyukuri nikmat yang diberikan allah ? 
1    1. Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui hati.
2    2. Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui lisan kita.
3    3. Mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya

   Semoga Artikel ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Dan iman kita ditambahkan oleh Allah dan selalu menjadi manusia yang bersyukur dengan apa yang telah terjadi baik buruknya. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Ibadah Mahdah (Tugas 4)

Tidak ada komentar:

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehinggga pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Ibadah mahdhah
Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghoiru mahdoh : adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridha Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah. Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialahsedekah,  belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.

Hakikat ibadah ialah ketundukan jiwa yang timbul karena perasaan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beritikad bahwa alam ini ada kekuasaan, yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya.

Apabila makna ibadah yang diberikan oleh masing-masing ilmu diperhatkan baik-baik, nyatalah bahwa takrif yang diberikan oleh suatu golongan berpaut untuk menyempurnakannya dengan takrif yang diberikan oleh golongan yang lain.
Hakikat ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah sebuah terminologi integral yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan yang tampak maupun yang tersembunyi.

Dari definisi tersebut kita memahami bahwa cakupan ibadah sangat luas. Ibadah mencakup semua sektor kehidupan manusia, karena kita semua adalah makhluk yang akan kembali padanya. Dari sini kita harus memahami bahwa setiap aktivitas kita di dunia ini tidak boleh terlepas dari pemahaman kita akan balasan Allah kelak. Sebab sekecil apapun aktivitas itu akan berimplikasi terhadap kehidupan akhirat.



Ibadah mahdhah sering kita jumpai atau di kenal dengan ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah[2], adalah :
a)  Wudhu,
b)  Tayammum
c)  Mandi hadats
d)  Shalat
e)  Shiyam ( Puasa )
f)  Haji
g) Umrah

Ada menambah atau memperbaharui ibadah semacam itu, yaitu Muawiyah. Dalam Sunah Rasulullah ibadah jum’at didahului dengan 2 khotbah, sedangkan sholat 2 Id didahului sholat baru kemudian khutbah. Ibadah cara ini kemudian oleh Muawiyah diubah yaitu tatakala sholat Id, dia melangkah ke mimbar dan memberi khotbah baru kemudian sholat. Oleh para ulama’ pada masa itu telah diingatkan,
“Hai Muawiyah, sungguh engkau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah” Kemudian Muawiyah menjawab,
“Kalau aku khutbah setelah usai sholat maka tidak ada manusia yang akan mendengarkan khutbahku” sambil berlalu menuju ke mimbar dan ia sungguh telah berkotbah sebelum sholat Id didirikan. Inilah bid’ah yang sesat itu.

     Sholat dengan bahasa Indonesia, itu sering terjadi pada oran-orang kurang paham akan ilmu agama dengan baik hal seperti dianggap sebagai bid’ah dholalah (sesat) karena sholat masuk ke dalam ranah ibadah mahdoh sehingga mengubah dan menambahi aturan di dalamnya termasuk kategori sesat. Bukankah Rasulullah sudah menggariskan “Sholluu kamaa roaitumuuni usholli –sholatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku sholat”.

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip, yaitu:


a, Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw
c. Bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridho Allah masuk ke dalam ranah ibadah ghairu mahdah.

Syarat syarat tersebut adalah :
a. Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, sesuai dengan hukum hukum syara' dan tidak bertentangan dengan hukum hukum tersebut. Adapun amalan - amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram dan maksiyat, maka tidaklah bisa dijadikan amalan ibadah.
b. Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan untuk memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfaat kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran bumi seperti yang telah diperintahkan oleh Allah.
c.  Amalan tersebut haruslah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
d.  Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut hukum - hukum syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang.
e. Tidak melalaikan ibadah - ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya dalammelaksanakan ibadah - ibadah umum.

Ruang lingkup ibadah secara umum adalah:
a) Thaharah,
b) Shalat, termasuk doa, dzikir dan tilawah al-Quran
c) Puasa, termasuk ‘ibadah badaniyyah atau ibadah dzatiyyah
d) Zakat, termasuk ‘ibadah maliyyah
e) Haji, termasuk ibadah ijtima’iyyah
f) Pengurusan jenazah termasuk ‘ibadah badaniyyah
g) Penyembelihan hewan
h) Sumpah dan nazar
i)  Makanan dan minuman ibadah badaniyyah
j)  Jihad, ibadah badaniyyah dan maliyyah
C. Hakikat dan Hikmah Ibadah



Semoga Artikel ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Dan jika ada kesalahan dalam penulisan atau yang belum jelas silahkan beri komen pada artikel ini. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 



Artikel ini dikutip dari sumber dibawah ini :

Manusia Sebagai Makhluk Ibadah (Tugas 3)

Tidak ada komentar:

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehinggga pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia sebagai makhluk ibadah.

          Telah mana yang kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia utuk beribadah padanya keterangan itu sangat sudah jelas tertulis di kitab suci al-qur’an. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembahnya, mengagungkannya, dan beribadah kepadanya sebagaimana tertulis di dalam Al-Qur'an Surah Az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi : 
  

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

       Sudah sangat jelas apa yang tertulis dalam kitab suci umat islam ini bahwasanya manusia dan jin itu di ciptakan semata-mata supaya mereka beribadah hanya kepada ALLAH SWT bukan pada yang lain, Kita diciptakan Allah dengan sebuah tugas dan tanggung jawab dari pencipta kita, kita mendapat tugas dan tanggung jawab dari Tuhan kita yaitu untuk beribadah kepadanya, apa arti hidup kita tanpa beribadah kepada Allah ? rasanya sangatlah hampa seakan-akan hidup kita tidak ada gunanya, Namun kenyataannya banyak sekali manusia yang tidak beribadah kepada Allah, entah mereka tidak beribadah karena faktor ekonomi atau hal yang lain, padahal kita butuh padanya bukan Allah yang butuh kita. Semoga kita dijauhkan menjadi seseorang seperti itu dan kita selalu dibukakan pintu taubat dari Allah swt.

          Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk ibadat (Ibadah) ? manusia itu diciptakan oleh Allah bermacam-macam sifat dan Segala perbuatan yang kita lakukan oleh manusia didunia itu entah saat kita mencari rezki, bersedekah, dan beribadah adalah semata-mata kita mengharapkan ridho' Allah swt, meskipun tidak semua yang kita jalankan itu sesuai dengan kaidah.

         Manusia itu tempatnya dosa dan salah karena fitrah manusia adalah berbuat dosa. Manusia tanpa dosa itu tidak ada karena manusia itu diciptakan memang sebagai tempat untuk dosa. Terkadang kita lupa shalat, kita lupa shalat karena kerja yang keras, mengerjakan tugas dan masih banyak lagi hal yang membuat kita lupa, kita terkadang lupa waktu sampai melupakan waktu ibadah karena kesibukan dunia kita. Dari kesibukan-kesibukan yang ada kita perlu membagi-bagi waktu untuk beribadah kepada sang maha kuasa, karena Allah lebih menyukai ibadah manusia daripada ibadah malaikat karena manusia itu diciptakan untuk merubah nasibnya sendiri, artinya manusia menjalani kehidupan dengan keputusannya sendiri tidak seperti malaikat yang diciptakan untuk selalu beribadah dan berdzikir kepada Allah. Allah lebih menyukai ibadah manusia yang dalam dunia penuh kesibukannya masih meluangkan waktu untuk beribadah kepadanya, masih berdzikir kepadanya, dan masih taat kepadanya. Allah berfirman dalam al-quran ”bahwasanya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum (hamba) kecuali dia mau merubahnya sendiri”.

          Dapat kita simpulkan sendiri bahwa kita manusia adalah makhluk yang rendah dan hina kita perlu Allah dalam setiap waktu untuk itu kita perlu beribadah kepadanya walaupun masih belum khusuk karena Allah maha tahu. Ibadah tidak Cuma sholat, zakat, dan haji dll ibadah itu dimana kita selalu berbuat baik dan benar menurut syariat islam itulah ibadah dan jangan beribadah karena siapapun melainkan ikhlaslah beribadah karena Allah Ta’ala. Hidup kita dari pertama lahir adalah untuk tuhan dan akan meninggal dan kembali lagi pada tuhan.

          Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 




 
back to top