Rabu, 19 Desember 2018

Manusia Makhluk Moral (Tugas 12)

Tidak ada komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Seperti biasanya marilah kita sampaikan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT, tuhan  semesta alam yang senantiasa yang selalu memberikan kesehatan  dan barokah hidayah dan nikmatnya. Tak lupa sholawat da serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah yang terang benderang.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Manusai Mahkluk Moral yang mana pembahasan ini adalah sebagai tugas ke 12 saya pada mata kuliah Pendidikan Agama islam di Fakultas Bahasa dan seni Universitas Pendidikan Ganesha. Sebelum melangkah lebih baiknya kita akan membahas terlebih dahulu Moral.

Moral menurut wiki pedia bahasa indonesia adalah (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Dan dalam islam kita kenal dengan istilah Akhlak.

Pengertian Moral dan Etika. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.


Manusia sebagai makhluk paling sempurna di mukabumi ini diciptakan-Nya sebagai khalifah, pemimpin dan penjaga amanat dari Allah. Manusia diberikan akal untuk berpikir, hati untuk merasakan kasih sayang , dan tubuh yang menjadi sarana untuk beribadah serta ber amaliah . Dari segala sesuatu yang telah dititipkan Allah kepada manusia , ada satu hal yang menjadi ukuran derajat seorang manusia dimuka bumi, yaitu akhlak. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya akidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap akidah dan syariah. Rasulullahshallallahu’alaihi wasallam merupakan suri tauladan bagi seluruh ummat.dalam suatu hadist yang artinya “ tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan Akhlak yang mulia” Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Sebagaimana pernyataan istri Nabi Muhammad yakni siti Aisyah R.A ”Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran.” (HR Abu Dawud dan Muslim)“ dan dalam Al-Quran juga diterangkan.


Nabi Muhammad sebagai Uswah Hasanah. Di antara nikmat besar yang Allâh SWT. anugerahkan kepada para hamba-Nya, adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh manusia. Allâh SWT. berfirman:
Sesungguhnya Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur`ân) dan al-Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata [Ali-‘Imrân/3: 164]


Dan kita tahu Bahwa nabi kita Nabi Muhammad SAW diutus kebumi adalah untuk menyempurnakan Akhlak Manusia dapat  kita simpulkan bahwa manusia jika tidak ada ahklak ataupun moral kita tidak akan dihargai orang dan akan dicampakkan dan kita perlu ketahui bahwa ucapan dan perbuatan kita hurus selaras. dan kita sebagai manusia yang mempunyai moral dan akal pikiran diciptakan oleh Allah SWT. dalam sebuah hadis dan Al-Quran kita tahu bahwa Manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainya jadi sesuai ajaran agama dan tujuan islam yaitu islam yang Rahmatallilalamin.

Orang yang mengikuti uswah hasanah (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) dan mendapatkan taufik ini hanyalah orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari Kiamat. Karena keimanan yang ada padanya, demikian juga rasa takut kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengharapkan pahala-Nya, serta takut terhadap siksa-Nya, (semua itu) mendorongnya untuk meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. [Taisîr Karîmir Rahmân, surat al-Ahzâb/33:21]

Dengan sedikit penjelasan di atas maka sepantasnya kita bertanya kepada diri kita, “Sudahkan kita menjadikan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai uswah hasanah bagi kita, dalam seluruh sisi kehidupan?”. Jika ya, maka marilah berharap dan memohon Allâh swt. mencurahkan rahmat-Nya dan balasan baik di akhirat. Jika tidak (belum), maka kita perlu memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik. Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan-Nya yang lurus. Wallâhu a’lam

Mungkin dari penjelasan yang sudah kita bahas banyak kesalahan namun itulah fitrah manusia tidak akan pernah luput dari salah dan dosa dari kekurangan yang saya jelaskan saya meminta maaf atas segala kesalahan akhir kata saya tutup.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Manusia Mahkluk Budaya (Tugas 11)

Tidak ada komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama marilah kita sampaikan rasa puji dan syukur kepada tuhan kita semua yang maha Esa Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan hidayah dan nikmat-nya sehingga kita semua dapat berkumpul dalam ruang ini dengan diberi nikmat sehat walafiat. Tak lupa marilah kita haturkan shalawat serta salam kepada junjunngan kita, Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari zamn jahiliyah menuju zaman islamia yang kita rasakan pada saat ini.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Manusia Mahkluk Budaya yang mana artikel ini adalah sebagai tugas yang ke 11 pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kenapa manusia disebut sebagai mahluk budaya? apa sajakah yang termasuk kedalamnya? itu semua akan saya berikan penjelasan sebagai berikut.

 Dari pembahasan kali ini, Acuan kita dalam sebuah kitab suci Al-Qur'an yang mana dijelaskan dalam  surat Ar-Rum ayat 41 sebagai berikut :

yang mana artinya " Telah tampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) prbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)".
(QS. Ar_Rum 30; ayat 41).

Disini disimpulakan bahwa kita manusia tidak dapat terhindar dari segala salah dan dosa dan disini kita dapat juga simpulkan bahwa manusia memiliki banyak sekali budaya, budaya tersebut melekat terhadap seluruh sikap, sifat, dan tindakan manusia. Dan kita tidak boleh mengikutkan Agama kedalam budaya namun Budaya mengikuti Agama itu yang benar dan jangan terbalik. dan selama budaya itu tidak bertentanga dengan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT boleh-boleh saja dan kita harus berpegang pada tali Allah dan Al-Quran sebagai pedoman kita dan juga Hadis, Ijma', dan Qias. perlu kita ketahui jika Budaya yang sejak jaman nenek moyang kita salah kita perbaiki bukan malah membiarkan berlangsung dan apabila budaya itu merusak peraturan hukum yang ada maka manusia akan hancur.

Yang mana kita pasti sudah banyak tahu bahwa Manusia sebagai mahluk yang berbudaya tidak lain adalah mahluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiaka hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kenaran dan keaadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.

Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.

Adapun sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan LOGIKA. Sarana untuk meningkatkan dan memelihara pola perilaku dan mutu kesenian adalah ETIKA dan ESTETIKA.
Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk budaya.

Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa Sansakerta “budhayah” (jamak), budhi = budi/akal. Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk mencapai kesempurnaan . EB. Taylor mengartikan kebudayaan sebagai : “keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan serta yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Atau diartikan pula segala sesuatu yang diciptakan manusia baik materi maupun non material melalui aka”l. Budaya itu tidak diwariskan secara generative (biologis) tapi melalui belajar.

Menurut Koentjaraningrat : “kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hirarkhi, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pula kehidupan. Pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak social. Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan kebudayaannya, manusia bias mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.

Kebudayaan perlu dikaji agar kita bias mengembangkan kepribadian dan wawasan berfikir. Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidup serta meningkatkan kesejahteraannya. Dalam proses perkembangan kebudayaan terjadi pula penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan yang disebut MASALAH KEBUDAYAAN. Masalah kebudayaan adalah segala system/tata nilai, sikap mental, pola berfikir pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus kemasyarakatan antara lain : DEHUMANISASI, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang. Jadi kita melihat Dehumanisasi terjadi akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak dari penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaan. Untuk mengantisipasi hal itu, manusia harus dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat. Melalui filsafat bias memaknai tentang etika, estetika dan logika.

Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil adalah manusia dalah mahluk budaya dan tidak akan pernah terlepas dari budaya itu sendiri yang mana budaya akan terus melekat dari generasi ke generasi selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama dan hukum yang ada pada wilayah tersebut. Kalau tidak ada manusia dimuka bumi ini tidak akan tercipta yang namanya budaya. Budaya di ciptakan manusia seiring perkembangan zaman.


 Dari yang banyak saya sampaikan dan dijelaskan pada blog artikel ini, saya berpesan jika baik maka ambillah dan jika buru maka buanglah jauh-jauh dan jika ada hal yang perlu di tanyakan bisa tulis di kolom komentar dan akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih dan semoga bermanfaat dan barokah.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


sumber tulisan ini didapat dari:


Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Tugas 10)

1 komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

     Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita semua Allah SWT yang maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehingga pada kesempatan kali ini saya akan membahas " Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW".


     Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi pertama-tama kita haturkan sholawat serta salam kepada nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju zaman islamia yang kita rasakan pada saat ini.


     Alangkah baiknya sebelum kita membahas tentang peringatan maulid nabi kita pelajari dulu siapa yang kita bahas. Langsung saja  kita banyak tahu bahwa Rasulullah SAW mempunyai nama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthathalibs bin Hashim. Beliau lahir hari pada Subuh Har isnin (Senin), 12 Rabiul awal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai tahun Gajah; karena peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang kota mekah (Ka'bah) tempat lahir beliau di rumah Abu Thalib, Makkah Al-Mukarramah. Beliau mempunyai Seorang ibu yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf dan mempunyai seorang bapak yang bernama Abdullah bin Abdul Muthathalib bin Hashim. dan pengasuh pertam Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman Hamba perempuan bapak Rasulullah). Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab). Ibu susu kedua : Halimah bin Abu Zuaib As-Sa'diah ( lebih dikenali dengan sebutan nama Halimah As-Sa'diah, suaminya bernama Abu Kabsyah).


     Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arabمولد النبي‎Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.


    Peringatan maulid Nabi saw, yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, masih menyisakan banyak pertanyaan. Penentuan tanggal 12 rabiul Awal sebagai hari ulang tahun kelahiran Nabi Saw adalah hal yang masih samar. Kesamaran sejarah tersebut berangkat dari sejarah kalender dalam Islam. Keinginan untuk mengingat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw sendiri baru muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 638-an Masehi (22-32 H). Ketika itu, khalifah Umar ingin menjadikan penanggalan Hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi pemerintahan Islam pada masanya. Namun, berbagai pendapat pun muncul untuk menetapkan dasar awal dimulainya kalender resmi itu. Para sahabat menemukan kesulitan ketika muncul gagasan untuk menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai patokan awal sistem penanggalan Hijriyah. Sebab tidak satupun di antara mereka yang tahu persis kapan dan tanggal berapa Nabi dilahirkan

Di samping itu, tradisi orang Arab saat itu juga tidak terbiasa mencatat sejarah mereka dengan tulisan kerena kebiasaan menulis merupakan satu hal yang baru pada zaman itu. Mereka juga tidak terbiasa dengan hisab tahun, meski beberapa nama-nama bulan dalam kalender hijriyah saat itu telah dikenal. Meski demikian mereka biasa mengingat sejarah dengan peristiwa-peristiwa besar, seperti penyerangan Ka’bah oleh tentara bergajah yang dipipin oleh Abrahah yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad. Mayoritas ulama berpendapat bahwa peristiwa tersebut diperkirakan bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi
Mengenai asal-usul peringatan maulid ini, seorang pengkaji Islam dari Universitas Leiden Belanda, Noco Kptein telah memaparkan dalam disertasinya tentang Maulid Nabi saw. Dalam disertasi tersebut dipaparkan bahwa peringatan maulid ini pertama kali dilakukan pada masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir, tepatnya pada masa pemerintahan al-Mu’izz li Dinillah yang berkuasa pada pertengahan bad X Masehi (953-975 M), atau empat abad setelah Nabi saw wafat. Terkait kitab yang menjadi rujukannya adalah Tarikh al-Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawiy karya al-Imam al-Sandubi
Al-Mu’izz li Dinillah adalah seorang penguasa yang beraliran Syiah. Ia cenderung menjadikan Maulid sebagai alat untuk mencapai kepentingan legitimasi politik. Mereka ingin menguatkan diri dengan memiliki kaitan silsilah dengan Nabi Muhammad saw
Di kalangan Sunni, berdasrkan catatan pakar sejarah, peringatan maulid pertama kali digelar oleh penguasa Suriah, Sultan Attabiq Nuruddin (w. 575 H). Pada masa itu, Maulid dilaksanakan pada malam hari yang diisi dengan pembacaan syair-syair yang berisi pemujaan terhadap raja (ode) dan sangat kental nuansa politiknya. Peringatan Maulid pernah dilarang pada masa pemerintahan al-Afdhal Amirul Juyusy, karena dianggap sebagai bid’ah yang terlarang
Kemudian pada masa sultan Salahuddin al-Ayyubi, tradisi ini dihidupkan kembali. Bagi sebagian kalangan, Sultan Salahuddin al-Ayyubi adalah orang pertama yang mengadakan perayaan maulid nabi. Hal ini bisa benar jika yang dimaksud adalah yang pertama, yaitu menghidupkan kembali tradisi yang telah mati dan sama sekali bukan untuk kepentingan politik. Selain itu, peringatan maulid ini juga dilakukan untuk membakar semangat juang umat Islam yang sedang terlibat dalam perang Salib melawan bangsa-bangsa Eropa (Perancis, Jerman, dan Inggris.) Pada waktu itu, Yerussalem dan Masjid al-Aqsha dikuasai oleh musuh, tetapi umat Islam banyak yang kehilangan semangat juang. Pasukan Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok politik kecil, sementara kekhalifahan hanyalah dianggap sebagai jabatan simbolik saja
Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang melihat kedaan tersebut menilai bahwa peringatan maulid Nabi saw akan mampu membangkitkan kembali semangat juang umat Islam. Hal ini karena dalam peringatan tersebut diungkapkan betapa gigihnya perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabat dalam menghadapi berbagai serangan kaum kafir
Pada musim haji tahun 579 H (1183 M), Sultan Salahuddin menginstruksikan kepada seluruh jamaah haji agar sepulang dari menunaikan ibadah haji, mereka memperingati Maulid Nabi setiap tanggal 12 Rabiul Awal melalui berbagai macam kegiatan yang mampu membangkitkan semangat jihad pasukan Islam. Pada peringatan maulid tahun itu, Sultan Salahuddin mengadakan sayembara penulisan riwayat Nabi saw dengan menggunakan bahasa yang paling indah. Para ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Akhirnya Syeikh Ja’far al-Barzanji lah yang berhasil memenangkan sayembara tersebut dengan karyanya yang berjudul ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata). Kemudian karya tersebut lebih dikenal dengan kitab al-Barzanji. Kitab inilah yang populer dipakai ketika peringatan maulid Nabi saw, termasuk di Indonesia
Pada akhirnya, perjuangan Sultan Salahuddin menunjukkan hasil positif, semangat umat Islam pun kembali bangkit. Sultan berhasil menghimpun berbagai kekuatan yang sebelumnya sempat lumpuh. Karenanya, pada 1187 M, atau empat tahun pasca-peringatan ini, Yerussalem dapat direbut kembali dan masjid al-Aqsha pun dapat dibebaskan dari cengkeraman musuh. Sultan Salahuddin membantah klaim yang menyatakan bahwa peringatan maulid adalah bid’ah yang terlarang, karena peringatan ini adalah untuk syi’ar, bukan untuk ritual
Al-Imam al-Suyuti dalam al-Hawi li al-Fatawa, menyebutkan bahwa gagasan menghidupkan kembali perngatan maulid ini bukan semata-mata dari gagasan Sultan Salahuddin, melainkan usulan dari saudara iparnya, Muzhaffaruddin di Irbil, Irak Utara. Muzhaffaruddin memperingati maulid untuk mengimbangi maraknya perayaan Natal yang dilakukan oleh kaum Nasrani di daerah kekuasaannya. Pada mulanya, ia mengadakan perayaan ini hanya berskala lokal istana saja dan tidak rutin setiap tahun. Namun kemudian, Sultan Salahuddin menjadikannya sebagai gerakan global untuk membangkitkan semangat juang Muslimin dalam menghadapi tentara Salib
Mencermati kembali sejarah peringatan Maulid Nabi, menarik kiranya jika semangat Maulid tidak hanya dijadikan sebagai budaya atau tradisi biasa, melainkan harus kembalikan sebagai media syi’ar dan pemersatu umat, dan pembangkit semangat juang umat Islam. Dengan demikian, maulid dapat menjadi media konsolidasi umat Islam
mungkin banyak yang berpendapat bahwa maulid nabi tidak ada pada zaman nabi dan hadis menyebutkan bahwa apa-apa yang tidak aku lakukan itu bid'ah dan bid'ah akan dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi kita tahu adalah maulid nabi yang isinya itu sholawat bersama, ngaji bersama, dan duduk dimajlis yang sama itu semua dilakukan oleh nabi dan itu semua di ringkup menjadi maulid nabi dan memperingatinya. dari semua sejarah yang kita tahu bahwa memperingati maulid nabi bukan bid'ah.
Tidak terlalu banyak yang saya sampaikan pada kesempatan kali ini dan mungkin banyak kesalahan dan kata-kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan karena manusia adalah tempat salah dan dosa jika ada pertanyaan dan kritik silahkan komentar dan jangan terpecah karena perbedaan tapi perbedaan itulah yang membuat kita menghormati sesama manusia karena kita islam dan islam itu  Rahmatallilalamin rahmat bagi seluruh alam.  Semoga artikel tugas Pendidikan Agama islam ini mendapat ridha Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Atrikel ini mendapat sumber dari:
 
back to top