Rabu, 19 Desember 2018

Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Tugas 10)

1 komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

     Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita semua Allah SWT yang maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehingga pada kesempatan kali ini saya akan membahas " Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW".


     Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi pertama-tama kita haturkan sholawat serta salam kepada nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju zaman islamia yang kita rasakan pada saat ini.


     Alangkah baiknya sebelum kita membahas tentang peringatan maulid nabi kita pelajari dulu siapa yang kita bahas. Langsung saja  kita banyak tahu bahwa Rasulullah SAW mempunyai nama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthathalibs bin Hashim. Beliau lahir hari pada Subuh Har isnin (Senin), 12 Rabiul awal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai tahun Gajah; karena peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang kota mekah (Ka'bah) tempat lahir beliau di rumah Abu Thalib, Makkah Al-Mukarramah. Beliau mempunyai Seorang ibu yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf dan mempunyai seorang bapak yang bernama Abdullah bin Abdul Muthathalib bin Hashim. dan pengasuh pertam Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman Hamba perempuan bapak Rasulullah). Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab). Ibu susu kedua : Halimah bin Abu Zuaib As-Sa'diah ( lebih dikenali dengan sebutan nama Halimah As-Sa'diah, suaminya bernama Abu Kabsyah).


     Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arabمولد النبي‎Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.


    Peringatan maulid Nabi saw, yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, masih menyisakan banyak pertanyaan. Penentuan tanggal 12 rabiul Awal sebagai hari ulang tahun kelahiran Nabi Saw adalah hal yang masih samar. Kesamaran sejarah tersebut berangkat dari sejarah kalender dalam Islam. Keinginan untuk mengingat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw sendiri baru muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 638-an Masehi (22-32 H). Ketika itu, khalifah Umar ingin menjadikan penanggalan Hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi pemerintahan Islam pada masanya. Namun, berbagai pendapat pun muncul untuk menetapkan dasar awal dimulainya kalender resmi itu. Para sahabat menemukan kesulitan ketika muncul gagasan untuk menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai patokan awal sistem penanggalan Hijriyah. Sebab tidak satupun di antara mereka yang tahu persis kapan dan tanggal berapa Nabi dilahirkan

Di samping itu, tradisi orang Arab saat itu juga tidak terbiasa mencatat sejarah mereka dengan tulisan kerena kebiasaan menulis merupakan satu hal yang baru pada zaman itu. Mereka juga tidak terbiasa dengan hisab tahun, meski beberapa nama-nama bulan dalam kalender hijriyah saat itu telah dikenal. Meski demikian mereka biasa mengingat sejarah dengan peristiwa-peristiwa besar, seperti penyerangan Ka’bah oleh tentara bergajah yang dipipin oleh Abrahah yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad. Mayoritas ulama berpendapat bahwa peristiwa tersebut diperkirakan bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi
Mengenai asal-usul peringatan maulid ini, seorang pengkaji Islam dari Universitas Leiden Belanda, Noco Kptein telah memaparkan dalam disertasinya tentang Maulid Nabi saw. Dalam disertasi tersebut dipaparkan bahwa peringatan maulid ini pertama kali dilakukan pada masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir, tepatnya pada masa pemerintahan al-Mu’izz li Dinillah yang berkuasa pada pertengahan bad X Masehi (953-975 M), atau empat abad setelah Nabi saw wafat. Terkait kitab yang menjadi rujukannya adalah Tarikh al-Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawiy karya al-Imam al-Sandubi
Al-Mu’izz li Dinillah adalah seorang penguasa yang beraliran Syiah. Ia cenderung menjadikan Maulid sebagai alat untuk mencapai kepentingan legitimasi politik. Mereka ingin menguatkan diri dengan memiliki kaitan silsilah dengan Nabi Muhammad saw
Di kalangan Sunni, berdasrkan catatan pakar sejarah, peringatan maulid pertama kali digelar oleh penguasa Suriah, Sultan Attabiq Nuruddin (w. 575 H). Pada masa itu, Maulid dilaksanakan pada malam hari yang diisi dengan pembacaan syair-syair yang berisi pemujaan terhadap raja (ode) dan sangat kental nuansa politiknya. Peringatan Maulid pernah dilarang pada masa pemerintahan al-Afdhal Amirul Juyusy, karena dianggap sebagai bid’ah yang terlarang
Kemudian pada masa sultan Salahuddin al-Ayyubi, tradisi ini dihidupkan kembali. Bagi sebagian kalangan, Sultan Salahuddin al-Ayyubi adalah orang pertama yang mengadakan perayaan maulid nabi. Hal ini bisa benar jika yang dimaksud adalah yang pertama, yaitu menghidupkan kembali tradisi yang telah mati dan sama sekali bukan untuk kepentingan politik. Selain itu, peringatan maulid ini juga dilakukan untuk membakar semangat juang umat Islam yang sedang terlibat dalam perang Salib melawan bangsa-bangsa Eropa (Perancis, Jerman, dan Inggris.) Pada waktu itu, Yerussalem dan Masjid al-Aqsha dikuasai oleh musuh, tetapi umat Islam banyak yang kehilangan semangat juang. Pasukan Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok politik kecil, sementara kekhalifahan hanyalah dianggap sebagai jabatan simbolik saja
Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang melihat kedaan tersebut menilai bahwa peringatan maulid Nabi saw akan mampu membangkitkan kembali semangat juang umat Islam. Hal ini karena dalam peringatan tersebut diungkapkan betapa gigihnya perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabat dalam menghadapi berbagai serangan kaum kafir
Pada musim haji tahun 579 H (1183 M), Sultan Salahuddin menginstruksikan kepada seluruh jamaah haji agar sepulang dari menunaikan ibadah haji, mereka memperingati Maulid Nabi setiap tanggal 12 Rabiul Awal melalui berbagai macam kegiatan yang mampu membangkitkan semangat jihad pasukan Islam. Pada peringatan maulid tahun itu, Sultan Salahuddin mengadakan sayembara penulisan riwayat Nabi saw dengan menggunakan bahasa yang paling indah. Para ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Akhirnya Syeikh Ja’far al-Barzanji lah yang berhasil memenangkan sayembara tersebut dengan karyanya yang berjudul ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata). Kemudian karya tersebut lebih dikenal dengan kitab al-Barzanji. Kitab inilah yang populer dipakai ketika peringatan maulid Nabi saw, termasuk di Indonesia
Pada akhirnya, perjuangan Sultan Salahuddin menunjukkan hasil positif, semangat umat Islam pun kembali bangkit. Sultan berhasil menghimpun berbagai kekuatan yang sebelumnya sempat lumpuh. Karenanya, pada 1187 M, atau empat tahun pasca-peringatan ini, Yerussalem dapat direbut kembali dan masjid al-Aqsha pun dapat dibebaskan dari cengkeraman musuh. Sultan Salahuddin membantah klaim yang menyatakan bahwa peringatan maulid adalah bid’ah yang terlarang, karena peringatan ini adalah untuk syi’ar, bukan untuk ritual
Al-Imam al-Suyuti dalam al-Hawi li al-Fatawa, menyebutkan bahwa gagasan menghidupkan kembali perngatan maulid ini bukan semata-mata dari gagasan Sultan Salahuddin, melainkan usulan dari saudara iparnya, Muzhaffaruddin di Irbil, Irak Utara. Muzhaffaruddin memperingati maulid untuk mengimbangi maraknya perayaan Natal yang dilakukan oleh kaum Nasrani di daerah kekuasaannya. Pada mulanya, ia mengadakan perayaan ini hanya berskala lokal istana saja dan tidak rutin setiap tahun. Namun kemudian, Sultan Salahuddin menjadikannya sebagai gerakan global untuk membangkitkan semangat juang Muslimin dalam menghadapi tentara Salib
Mencermati kembali sejarah peringatan Maulid Nabi, menarik kiranya jika semangat Maulid tidak hanya dijadikan sebagai budaya atau tradisi biasa, melainkan harus kembalikan sebagai media syi’ar dan pemersatu umat, dan pembangkit semangat juang umat Islam. Dengan demikian, maulid dapat menjadi media konsolidasi umat Islam
mungkin banyak yang berpendapat bahwa maulid nabi tidak ada pada zaman nabi dan hadis menyebutkan bahwa apa-apa yang tidak aku lakukan itu bid'ah dan bid'ah akan dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi kita tahu adalah maulid nabi yang isinya itu sholawat bersama, ngaji bersama, dan duduk dimajlis yang sama itu semua dilakukan oleh nabi dan itu semua di ringkup menjadi maulid nabi dan memperingatinya. dari semua sejarah yang kita tahu bahwa memperingati maulid nabi bukan bid'ah.
Tidak terlalu banyak yang saya sampaikan pada kesempatan kali ini dan mungkin banyak kesalahan dan kata-kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan karena manusia adalah tempat salah dan dosa jika ada pertanyaan dan kritik silahkan komentar dan jangan terpecah karena perbedaan tapi perbedaan itulah yang membuat kita menghormati sesama manusia karena kita islam dan islam itu  Rahmatallilalamin rahmat bagi seluruh alam.  Semoga artikel tugas Pendidikan Agama islam ini mendapat ridha Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Atrikel ini mendapat sumber dari:

1 komentar:

  1. Gambling Sites With the Best Welcome Bonus: Casino & Poker
    No deposit bonus offers — We offer our best welcome 정읍 출장마사지 bonuses as a single 경주 출장안마 deposit bonus. All our new 경산 출장안마 customers receive a 원주 출장샵 100% deposit bonus, 정읍 출장마사지

    BalasHapus

 
back to top