Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita semua Allah SWT yang maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehingga pada kesempatan kali ini saya akan membahas " Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW".
Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi pertama-tama kita haturkan sholawat serta salam kepada nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju zaman islamia yang kita rasakan pada saat ini.
Alangkah baiknya sebelum kita membahas tentang peringatan maulid nabi kita pelajari dulu siapa yang kita bahas. Langsung saja kita banyak tahu bahwa Rasulullah SAW mempunyai nama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthathalibs bin Hashim. Beliau lahir hari pada Subuh Har isnin (Senin), 12 Rabiul awal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai tahun Gajah; karena peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang kota mekah (Ka'bah) tempat lahir beliau di rumah Abu Thalib, Makkah Al-Mukarramah. Beliau mempunyai Seorang ibu yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf dan mempunyai seorang bapak yang bernama Abdullah bin Abdul Muthathalib bin Hashim. dan pengasuh pertam Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman Hamba perempuan bapak Rasulullah). Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab). Ibu susu kedua : Halimah bin Abu Zuaib As-Sa'diah ( lebih dikenali dengan sebutan nama Halimah As-Sa'diah, suaminya bernama Abu Kabsyah).
Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي, Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Peringatan maulid Nabi saw, yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, masih menyisakan banyak pertanyaan. Penentuan tanggal 12 rabiul Awal sebagai hari ulang tahun kelahiran Nabi Saw adalah hal yang masih samar. Kesamaran sejarah tersebut berangkat dari sejarah kalender dalam Islam. Keinginan untuk mengingat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw sendiri baru muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 638-an Masehi (22-32 H). Ketika itu, khalifah Umar ingin menjadikan penanggalan Hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi pemerintahan Islam pada masanya. Namun, berbagai pendapat pun muncul untuk menetapkan dasar awal dimulainya kalender resmi itu. Para sahabat menemukan kesulitan ketika muncul gagasan untuk menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai patokan awal sistem penanggalan Hijriyah. Sebab tidak satupun di antara mereka yang tahu persis kapan dan tanggal berapa Nabi dilahirkan
Di samping itu, tradisi orang
Arab saat itu juga tidak terbiasa mencatat sejarah mereka dengan tulisan kerena
kebiasaan menulis merupakan satu hal yang baru pada zaman itu. Mereka juga
tidak terbiasa dengan hisab tahun, meski beberapa nama-nama bulan dalam
kalender hijriyah saat itu telah dikenal. Meski demikian mereka biasa mengingat
sejarah dengan peristiwa-peristiwa besar, seperti penyerangan Ka’bah oleh
tentara bergajah yang dipipin oleh Abrahah yang bertepatan dengan hari
kelahiran Nabi Muhammad. Mayoritas ulama berpendapat bahwa peristiwa tersebut
diperkirakan bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 20 April
571 Masehi
Mengenai asal-usul peringatan
maulid ini, seorang pengkaji Islam dari Universitas Leiden Belanda, Noco Kptein
telah memaparkan dalam disertasinya tentang Maulid Nabi saw. Dalam disertasi
tersebut dipaparkan bahwa peringatan maulid ini pertama kali dilakukan pada
masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir, tepatnya pada masa pemerintahan al-Mu’izz li
Dinillah yang berkuasa pada pertengahan bad X Masehi (953-975 M), atau empat
abad setelah Nabi saw wafat. Terkait kitab yang menjadi rujukannya adalah Tarikh al-Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawiy karya
al-Imam al-Sandubi
Al-Mu’izz li Dinillah adalah seorang penguasa yang beraliran
Syiah. Ia cenderung menjadikan Maulid sebagai alat untuk mencapai kepentingan
legitimasi politik. Mereka ingin menguatkan diri dengan memiliki kaitan
silsilah dengan Nabi Muhammad saw
Di kalangan Sunni, berdasrkan catatan pakar sejarah, peringatan
maulid pertama kali digelar oleh penguasa Suriah, Sultan Attabiq Nuruddin (w.
575 H). Pada masa itu, Maulid dilaksanakan pada malam hari yang diisi dengan
pembacaan syair-syair yang berisi pemujaan terhadap raja (ode) dan sangat
kental nuansa politiknya. Peringatan Maulid pernah dilarang pada masa
pemerintahan al-Afdhal Amirul Juyusy, karena dianggap sebagai bid’ah yang terlarang
Kemudian pada masa sultan Salahuddin al-Ayyubi, tradisi ini
dihidupkan kembali. Bagi sebagian kalangan, Sultan Salahuddin al-Ayyubi adalah
orang pertama yang mengadakan perayaan maulid nabi. Hal ini bisa benar jika
yang dimaksud adalah yang pertama, yaitu menghidupkan kembali tradisi yang
telah mati dan sama sekali bukan untuk kepentingan politik. Selain itu,
peringatan maulid ini juga dilakukan untuk membakar semangat juang umat Islam
yang sedang terlibat dalam perang Salib melawan bangsa-bangsa Eropa (Perancis,
Jerman, dan Inggris.) Pada waktu itu, Yerussalem dan Masjid al-Aqsha dikuasai
oleh musuh, tetapi umat Islam banyak yang kehilangan semangat juang. Pasukan
Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok politik kecil, sementara kekhalifahan
hanyalah dianggap sebagai jabatan simbolik saja
Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang melihat kedaan tersebut menilai
bahwa peringatan maulid Nabi saw akan mampu membangkitkan kembali semangat
juang umat Islam. Hal ini karena dalam peringatan tersebut diungkapkan betapa gigihnya
perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabat dalam menghadapi berbagai serangan
kaum kafir
Pada musim haji tahun 579 H (1183 M), Sultan Salahuddin
menginstruksikan kepada seluruh jamaah haji agar sepulang dari menunaikan
ibadah haji, mereka memperingati Maulid Nabi setiap tanggal 12 Rabiul Awal
melalui berbagai macam kegiatan yang mampu membangkitkan semangat jihad pasukan
Islam. Pada peringatan maulid tahun itu, Sultan Salahuddin mengadakan sayembara
penulisan riwayat Nabi saw dengan menggunakan bahasa yang paling indah. Para
ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Akhirnya
Syeikh Ja’far al-Barzanji lah yang berhasil memenangkan sayembara tersebut
dengan karyanya yang berjudul ‘Iqd
al-Jawahir (kalung permata). Kemudian karya tersebut lebih dikenal
dengan kitab al-Barzanji. Kitab
inilah yang populer dipakai ketika peringatan maulid Nabi saw, termasuk di
Indonesia
Pada akhirnya, perjuangan Sultan Salahuddin menunjukkan hasil
positif, semangat umat Islam pun kembali bangkit. Sultan berhasil menghimpun
berbagai kekuatan yang sebelumnya sempat lumpuh. Karenanya, pada 1187 M, atau
empat tahun pasca-peringatan ini, Yerussalem dapat direbut kembali dan masjid
al-Aqsha pun dapat dibebaskan dari cengkeraman musuh. Sultan Salahuddin membantah
klaim yang menyatakan bahwa peringatan maulid adalah bid’ah yang terlarang,
karena peringatan ini adalah untuk syi’ar, bukan untuk ritual
Al-Imam al-Suyuti dalam al-Hawi
li al-Fatawa, menyebutkan bahwa gagasan menghidupkan kembali
perngatan maulid ini bukan semata-mata dari gagasan Sultan Salahuddin,
melainkan usulan dari saudara iparnya, Muzhaffaruddin di Irbil, Irak Utara.
Muzhaffaruddin memperingati maulid untuk mengimbangi maraknya perayaan Natal
yang dilakukan oleh kaum Nasrani di daerah kekuasaannya. Pada mulanya, ia
mengadakan perayaan ini hanya berskala lokal istana saja dan tidak rutin setiap
tahun. Namun kemudian, Sultan Salahuddin menjadikannya sebagai gerakan global
untuk membangkitkan semangat juang Muslimin dalam menghadapi tentara Salib
Mencermati kembali sejarah peringatan Maulid Nabi, menarik kiranya
jika semangat Maulid tidak hanya dijadikan sebagai budaya atau tradisi biasa,
melainkan harus kembalikan sebagai media syi’ar dan pemersatu umat, dan
pembangkit semangat juang umat Islam. Dengan demikian, maulid dapat menjadi
media konsolidasi umat Islam
mungkin banyak yang berpendapat bahwa maulid nabi tidak ada pada zaman nabi dan hadis menyebutkan bahwa apa-apa yang tidak aku lakukan itu bid'ah dan bid'ah akan dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi kita tahu adalah maulid nabi yang isinya itu sholawat bersama, ngaji bersama, dan duduk dimajlis yang sama itu semua dilakukan oleh nabi dan itu semua di ringkup menjadi maulid nabi dan memperingatinya. dari semua sejarah yang kita tahu bahwa memperingati maulid nabi bukan bid'ah.
Tidak terlalu banyak yang saya sampaikan pada kesempatan kali ini dan mungkin banyak kesalahan dan kata-kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan karena manusia adalah tempat salah dan dosa jika ada pertanyaan dan kritik silahkan komentar dan jangan terpecah karena perbedaan tapi perbedaan itulah yang membuat kita menghormati sesama manusia karena kita islam dan islam itu Rahmatallilalamin rahmat bagi seluruh alam. Semoga artikel tugas Pendidikan Agama islam ini mendapat ridha Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Atrikel ini mendapat sumber dari:
Gambling Sites With the Best Welcome Bonus: Casino & Poker
BalasHapusNo deposit bonus offers — We offer our best welcome 정읍 출장마사지 bonuses as a single 경주 출장안마 deposit bonus. All our new 경산 출장안마 customers receive a 원주 출장샵 100% deposit bonus, 정읍 출장마사지