Tugas 6 - Manusia Sebagai Makhluk sosial
Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha
Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehinggga pada
kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia adalah mahluk yang bisa dibilang
rumitdan penuh misteri dan juga terkadang manusia dikatakan sebagai mahkluk
yang sangat istimewa dari semua mahkluk yang tuhan ciptakan, manusia di
ketegorikan sebagai mahluk yang sosial dan non sosial atau individual. Ada
saatnya manusia itu harus jadi mahluk yang sosial dan adakalanya manusia harus
menjadi mahluk yang sosial dan adakalanya manusia harus jadi mahluk yang
individual. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang manusia sebagai
makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya
sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan
lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling
membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan
keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial
dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta
meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Namun
potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup
dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar
dari manusia lainnya. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia
tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma
sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu
penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila
ia hidup di tengah-tengah manusia.
Telah
berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan
pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki
unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan.
2. Dorongan untuk mempertahankan diri.
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.
Dari
tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai
seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang
saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat
ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Sabda Nabi Muhammad saw . :
Artinya : Tidak boleh mendatangkan
kerugian (bagi yang lain) dan tidak boleh membuat kerugian (bagi dirinya
sendiri). (HR. Ibnu Majah).
Pada dasarnya, kewajiban manusia sebagai
makhluk sosial adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan gangguan-gangguan pada
diri sendiri.
Setiap individu manusia hendaknya selalu
berusaha agar tidak suka untuk melakukan fitnah, berdusta, menghinakan dan
merendahkan oranglain. Selain itu, harus berusaha agar jangan sampai berbuat
yang merugikan orang lain. Suatu contoh misalnya : merusak tanaman, membunuh
atau melukai binatang peliharaan tanpa alasan dan sebab, mengambil barang milik
orang lain dengan jalan yang tidak sah dan benar
2. Berlaku baik terhadap orang lain.
Setiap orang islam harus berusaha agar
dapat berbuat baik pada orang lain, sekalipun orang itu buruk perangai atau
sikapnya.
Dalam dalil hadits Nabi dijelaskan :
Artinya : Sesungguhnya di atara
seburuk-buruk manusia ialah orang yang ditinggalkan orang lain karena
kejahatannya, (HR. Bukhari-Muslim)
Islam mengajarkan perihal pencapaian
kesejahteraan dan perdamaian dalam hidup bermasyarakat baik antara perorangan
maupun secara berkelompok. Oleh sebab itu orang Islam harus mampu menjadi
pelopor dalam pembinaan perdamaian yang menuju ketentraman bagi masyarakat.
Dalam hadits Nabi diriwayatkan :
Artinya : hindarilah prasangka, karena
prasangka itu adalah berita yang paling bohong. Jangan saling mencari
keburukan-keburukan orang, jangan suka mengorek-korek rahasia orang lain,
jangan saling menyaingi, dan jangan saling membenci, dan jangan saling marah
dan jangan saling acuh tak acuh, Jadilah kamu semua sebagai hamba Allah yang
bersaudara. (HR. Bukhari-Muslim)
Kemudian pada akhir dari hadits ini,
dijelaskan :
انّ الله لاينظر الى صوركم واموالكم ولكن
ينظر الى قلوبكم واعمالكم . رواه بخارى ومسلم
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak
melihat kepada rupa dan hartamu. Tetapi Allah melihat pada hati dan amalmu.
Dari keterangan hadits di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa, ketentraman hidup bermasyarakat itu didorong oleh hati
yang baik dan amal yang baik pula. Maka dalam hal ini yang dipandang oleh Allah
bukanlah dari segi rupa atau harta dan wajah, tetapi yang dipandang dan
diperhitungkan adalah justru hati dan amaliahnya.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang
khalifah atau manusia sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya
adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16
dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq
adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh :
31-39)
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin :
35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang
lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya.
Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia diciptakan
Allah dari al-Alaq. Dari segi pengertian kebahasaan, kata ‘alaqantara
lain berarti sesuatu yang tergantung. Memang, salah satu periode dalam kejadian
manusia saat berada dalam rahim ibu adalah ketergantungan hasil pertemuan
sperma dan ovum yang membelah dan bergerak menuju dinding rahim lalu bergantung
atau berdempet dengannya. Yang berdempet itu dinamai zigote oleh
pakar-pakar embriologi.
Kata ‘Alaq dapat
juga berarti ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak dapat hidup
sendiri. Kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari sebab-sebab guna
memperoleh apa yang di dambakan, sedang sebagian lainnya yang tidak terhitung
banyaknya berada di luar kemampuan manusia. Apa yang didambakan itu tidak dapat
tercapai kecuali jika sebab-sebab yang lain itu terpenuhi semuanya dan
bergabung dengan sebab-sebab yang berada dalam jangkauan upaya manusia.
Yang dapat mewujudkan
sebab-sebab lain itu dan yang kuasa menggabungkannya hanyalah Allah SWT. Dialah
Penyebab dari segala sebab. Ini merupakan keniscayaan dan keterpaksaan yang
tidak dapat dielakkan setiap makhluk.
Namun, selain
ditentukan oleh Allah, perjalanan manusia juga sering dipengaruhi oleh orang
lain. Bahkan sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh bantuan
pihak lain. Apa pasal? Karena kebutuhan setiap orang sesungguhnya lebih banyak
daripada potensi dan waktu yang tersedia untuknya.
Si kaya, misalnya,
membutuhkan kekuatan fisik, atau keterampilan, yang dimiliki si miskin. Pun
sebaliknya, si miskin membutuhkan uang atau pekerjaan dari si kaya.
Dengan adanya saling
butuh itu, maka manusia suka atau tidak suka, tidak dapat mengelak dari kerja
sama. Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk
memenuhinya dan kita kian tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan atau
bantuan orang lain. Maka tidak heran, seiring kian tingginya kebutuhan, semakin
seseorang tergantung kepada selainnya. Demikian pula sebaliknya.
Jadi, jangan pernah
menduga ada manusia yang dapat mengelak dari keniscayaan, kebutuhan dan
ketergantungan itu — baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.
“Hai manusia, kamulah
yang amat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak
membutuhkan sesuatu) lagi Maha terpuji” (QS. Fathir ayat 150).
Semua kita berada di
bawah kendali dan kuasa Allah. Dengan kuasanya-Nya itulah kita membutuhkan-Nya
serta tidak dapat mengelak dari kedudukan sebagai makhluk sosial.
Berkenan dengan hal
itu, Bashar Ibnu Burd, seorang penyair Arab yang bijaksana, pernah menggubah
sebuah syair berikut: “Aku disciptakan sebagaimana adanya, tidak
diberi pilihan. Seandainya aku diberi, dan aku diberi yang tak kuinginkan,
sungguh dangkal pengetahuanku tentang yang gaib.”
Allah sendiri, sebagai
pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua dengan
firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (QS.
al-Hujurat ayat: 13).
Semakin kuat pengenalan
satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi
manfaat. Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal.
Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak
lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. yang dampaknya tercermin
pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
“Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut
Islam”
Dalam hal pergaulan hidup bermasyarakat,
Islam banyak sekali memberikan petunjuk, tuntunan, bimbingan dalam
menciptakan suasana kehidupan yang aman, tentram, bahagia, damai dan sejahtera.
Untuk ini antara lain Islam melarang adanya perbuatan-perbuatan yang dapat
mendatangkan kerugian baik bagi dirinya sendiri, lebih-lebih bagi kerugian
orang lain.
Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam
Hidup menurut konsep islam bukan hanya
kehidupan duniawi semata, tetapi berkelanjutan sampai pada kehidupan ukhrowi
(alam akherta). Dan apa yang kita lakukan selama di dunia, maka itulah
yang akan kita petik di akherat nanti.
Hidup di dunia ini merupakan terminal
dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang, mulai dari alam arwah, alam
arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam akherat. Dan untuk bisa
berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan mendapat ridho dari
Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu mencari ridho
Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan
fungsi gandanya tersebut.
Semoga Artikel ini
membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho'
Allah swt. Dan dari artikel ini kita mendapat pelajaran bagi kita untuk hidup
yang lebih baik lagi, dan jika ada kekurangan dan kata-kata yang salah pada
tulisan saya ini mohon maaf dan anda berkenan mengomentari artikel saya ini
sebagai tugas mata kuliah agama islam. Akhir kata Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Artikel ini dikutip dari sumber di bawah
ini :