Rabu, 19 Desember 2018

Manusia Makhluk Moral (Tugas 12)

Tidak ada komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Seperti biasanya marilah kita sampaikan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT, tuhan  semesta alam yang senantiasa yang selalu memberikan kesehatan  dan barokah hidayah dan nikmatnya. Tak lupa sholawat da serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah yang terang benderang.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Manusai Mahkluk Moral yang mana pembahasan ini adalah sebagai tugas ke 12 saya pada mata kuliah Pendidikan Agama islam di Fakultas Bahasa dan seni Universitas Pendidikan Ganesha. Sebelum melangkah lebih baiknya kita akan membahas terlebih dahulu Moral.

Moral menurut wiki pedia bahasa indonesia adalah (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Dan dalam islam kita kenal dengan istilah Akhlak.

Pengertian Moral dan Etika. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.


Manusia sebagai makhluk paling sempurna di mukabumi ini diciptakan-Nya sebagai khalifah, pemimpin dan penjaga amanat dari Allah. Manusia diberikan akal untuk berpikir, hati untuk merasakan kasih sayang , dan tubuh yang menjadi sarana untuk beribadah serta ber amaliah . Dari segala sesuatu yang telah dititipkan Allah kepada manusia , ada satu hal yang menjadi ukuran derajat seorang manusia dimuka bumi, yaitu akhlak. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya akidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap akidah dan syariah. Rasulullahshallallahu’alaihi wasallam merupakan suri tauladan bagi seluruh ummat.dalam suatu hadist yang artinya “ tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan Akhlak yang mulia” Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Sebagaimana pernyataan istri Nabi Muhammad yakni siti Aisyah R.A ”Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran.” (HR Abu Dawud dan Muslim)“ dan dalam Al-Quran juga diterangkan.


Nabi Muhammad sebagai Uswah Hasanah. Di antara nikmat besar yang Allâh SWT. anugerahkan kepada para hamba-Nya, adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh manusia. Allâh SWT. berfirman:
Sesungguhnya Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur`ân) dan al-Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata [Ali-‘Imrân/3: 164]


Dan kita tahu Bahwa nabi kita Nabi Muhammad SAW diutus kebumi adalah untuk menyempurnakan Akhlak Manusia dapat  kita simpulkan bahwa manusia jika tidak ada ahklak ataupun moral kita tidak akan dihargai orang dan akan dicampakkan dan kita perlu ketahui bahwa ucapan dan perbuatan kita hurus selaras. dan kita sebagai manusia yang mempunyai moral dan akal pikiran diciptakan oleh Allah SWT. dalam sebuah hadis dan Al-Quran kita tahu bahwa Manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainya jadi sesuai ajaran agama dan tujuan islam yaitu islam yang Rahmatallilalamin.

Orang yang mengikuti uswah hasanah (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) dan mendapatkan taufik ini hanyalah orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari Kiamat. Karena keimanan yang ada padanya, demikian juga rasa takut kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengharapkan pahala-Nya, serta takut terhadap siksa-Nya, (semua itu) mendorongnya untuk meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. [Taisîr Karîmir Rahmân, surat al-Ahzâb/33:21]

Dengan sedikit penjelasan di atas maka sepantasnya kita bertanya kepada diri kita, “Sudahkan kita menjadikan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai uswah hasanah bagi kita, dalam seluruh sisi kehidupan?”. Jika ya, maka marilah berharap dan memohon Allâh swt. mencurahkan rahmat-Nya dan balasan baik di akhirat. Jika tidak (belum), maka kita perlu memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik. Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan-Nya yang lurus. Wallâhu a’lam

Mungkin dari penjelasan yang sudah kita bahas banyak kesalahan namun itulah fitrah manusia tidak akan pernah luput dari salah dan dosa dari kekurangan yang saya jelaskan saya meminta maaf atas segala kesalahan akhir kata saya tutup.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Manusia Mahkluk Budaya (Tugas 11)

Tidak ada komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama marilah kita sampaikan rasa puji dan syukur kepada tuhan kita semua yang maha Esa Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan hidayah dan nikmat-nya sehingga kita semua dapat berkumpul dalam ruang ini dengan diberi nikmat sehat walafiat. Tak lupa marilah kita haturkan shalawat serta salam kepada junjunngan kita, Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari zamn jahiliyah menuju zaman islamia yang kita rasakan pada saat ini.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Manusia Mahkluk Budaya yang mana artikel ini adalah sebagai tugas yang ke 11 pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kenapa manusia disebut sebagai mahluk budaya? apa sajakah yang termasuk kedalamnya? itu semua akan saya berikan penjelasan sebagai berikut.

 Dari pembahasan kali ini, Acuan kita dalam sebuah kitab suci Al-Qur'an yang mana dijelaskan dalam  surat Ar-Rum ayat 41 sebagai berikut :

yang mana artinya " Telah tampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) prbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)".
(QS. Ar_Rum 30; ayat 41).

Disini disimpulakan bahwa kita manusia tidak dapat terhindar dari segala salah dan dosa dan disini kita dapat juga simpulkan bahwa manusia memiliki banyak sekali budaya, budaya tersebut melekat terhadap seluruh sikap, sifat, dan tindakan manusia. Dan kita tidak boleh mengikutkan Agama kedalam budaya namun Budaya mengikuti Agama itu yang benar dan jangan terbalik. dan selama budaya itu tidak bertentanga dengan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT boleh-boleh saja dan kita harus berpegang pada tali Allah dan Al-Quran sebagai pedoman kita dan juga Hadis, Ijma', dan Qias. perlu kita ketahui jika Budaya yang sejak jaman nenek moyang kita salah kita perbaiki bukan malah membiarkan berlangsung dan apabila budaya itu merusak peraturan hukum yang ada maka manusia akan hancur.

Yang mana kita pasti sudah banyak tahu bahwa Manusia sebagai mahluk yang berbudaya tidak lain adalah mahluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiaka hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kenaran dan keaadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.

Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.

Adapun sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan LOGIKA. Sarana untuk meningkatkan dan memelihara pola perilaku dan mutu kesenian adalah ETIKA dan ESTETIKA.
Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk budaya.

Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa Sansakerta “budhayah” (jamak), budhi = budi/akal. Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk mencapai kesempurnaan . EB. Taylor mengartikan kebudayaan sebagai : “keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan serta yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Atau diartikan pula segala sesuatu yang diciptakan manusia baik materi maupun non material melalui aka”l. Budaya itu tidak diwariskan secara generative (biologis) tapi melalui belajar.

Menurut Koentjaraningrat : “kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hirarkhi, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pula kehidupan. Pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak social. Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan kebudayaannya, manusia bias mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.

Kebudayaan perlu dikaji agar kita bias mengembangkan kepribadian dan wawasan berfikir. Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidup serta meningkatkan kesejahteraannya. Dalam proses perkembangan kebudayaan terjadi pula penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan yang disebut MASALAH KEBUDAYAAN. Masalah kebudayaan adalah segala system/tata nilai, sikap mental, pola berfikir pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus kemasyarakatan antara lain : DEHUMANISASI, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang. Jadi kita melihat Dehumanisasi terjadi akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak dari penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaan. Untuk mengantisipasi hal itu, manusia harus dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat. Melalui filsafat bias memaknai tentang etika, estetika dan logika.

Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil adalah manusia dalah mahluk budaya dan tidak akan pernah terlepas dari budaya itu sendiri yang mana budaya akan terus melekat dari generasi ke generasi selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama dan hukum yang ada pada wilayah tersebut. Kalau tidak ada manusia dimuka bumi ini tidak akan tercipta yang namanya budaya. Budaya di ciptakan manusia seiring perkembangan zaman.


 Dari yang banyak saya sampaikan dan dijelaskan pada blog artikel ini, saya berpesan jika baik maka ambillah dan jika buru maka buanglah jauh-jauh dan jika ada hal yang perlu di tanyakan bisa tulis di kolom komentar dan akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih dan semoga bermanfaat dan barokah.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


sumber tulisan ini didapat dari:


Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Tugas 10)

1 komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

     Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita semua Allah SWT yang maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehingga pada kesempatan kali ini saya akan membahas " Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW".


     Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi pertama-tama kita haturkan sholawat serta salam kepada nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju zaman islamia yang kita rasakan pada saat ini.


     Alangkah baiknya sebelum kita membahas tentang peringatan maulid nabi kita pelajari dulu siapa yang kita bahas. Langsung saja  kita banyak tahu bahwa Rasulullah SAW mempunyai nama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthathalibs bin Hashim. Beliau lahir hari pada Subuh Har isnin (Senin), 12 Rabiul awal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai tahun Gajah; karena peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang kota mekah (Ka'bah) tempat lahir beliau di rumah Abu Thalib, Makkah Al-Mukarramah. Beliau mempunyai Seorang ibu yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf dan mempunyai seorang bapak yang bernama Abdullah bin Abdul Muthathalib bin Hashim. dan pengasuh pertam Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman Hamba perempuan bapak Rasulullah). Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab). Ibu susu kedua : Halimah bin Abu Zuaib As-Sa'diah ( lebih dikenali dengan sebutan nama Halimah As-Sa'diah, suaminya bernama Abu Kabsyah).


     Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arabمولد النبي‎Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.


    Peringatan maulid Nabi saw, yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, masih menyisakan banyak pertanyaan. Penentuan tanggal 12 rabiul Awal sebagai hari ulang tahun kelahiran Nabi Saw adalah hal yang masih samar. Kesamaran sejarah tersebut berangkat dari sejarah kalender dalam Islam. Keinginan untuk mengingat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw sendiri baru muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 638-an Masehi (22-32 H). Ketika itu, khalifah Umar ingin menjadikan penanggalan Hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi pemerintahan Islam pada masanya. Namun, berbagai pendapat pun muncul untuk menetapkan dasar awal dimulainya kalender resmi itu. Para sahabat menemukan kesulitan ketika muncul gagasan untuk menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai patokan awal sistem penanggalan Hijriyah. Sebab tidak satupun di antara mereka yang tahu persis kapan dan tanggal berapa Nabi dilahirkan

Di samping itu, tradisi orang Arab saat itu juga tidak terbiasa mencatat sejarah mereka dengan tulisan kerena kebiasaan menulis merupakan satu hal yang baru pada zaman itu. Mereka juga tidak terbiasa dengan hisab tahun, meski beberapa nama-nama bulan dalam kalender hijriyah saat itu telah dikenal. Meski demikian mereka biasa mengingat sejarah dengan peristiwa-peristiwa besar, seperti penyerangan Ka’bah oleh tentara bergajah yang dipipin oleh Abrahah yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad. Mayoritas ulama berpendapat bahwa peristiwa tersebut diperkirakan bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi
Mengenai asal-usul peringatan maulid ini, seorang pengkaji Islam dari Universitas Leiden Belanda, Noco Kptein telah memaparkan dalam disertasinya tentang Maulid Nabi saw. Dalam disertasi tersebut dipaparkan bahwa peringatan maulid ini pertama kali dilakukan pada masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir, tepatnya pada masa pemerintahan al-Mu’izz li Dinillah yang berkuasa pada pertengahan bad X Masehi (953-975 M), atau empat abad setelah Nabi saw wafat. Terkait kitab yang menjadi rujukannya adalah Tarikh al-Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawiy karya al-Imam al-Sandubi
Al-Mu’izz li Dinillah adalah seorang penguasa yang beraliran Syiah. Ia cenderung menjadikan Maulid sebagai alat untuk mencapai kepentingan legitimasi politik. Mereka ingin menguatkan diri dengan memiliki kaitan silsilah dengan Nabi Muhammad saw
Di kalangan Sunni, berdasrkan catatan pakar sejarah, peringatan maulid pertama kali digelar oleh penguasa Suriah, Sultan Attabiq Nuruddin (w. 575 H). Pada masa itu, Maulid dilaksanakan pada malam hari yang diisi dengan pembacaan syair-syair yang berisi pemujaan terhadap raja (ode) dan sangat kental nuansa politiknya. Peringatan Maulid pernah dilarang pada masa pemerintahan al-Afdhal Amirul Juyusy, karena dianggap sebagai bid’ah yang terlarang
Kemudian pada masa sultan Salahuddin al-Ayyubi, tradisi ini dihidupkan kembali. Bagi sebagian kalangan, Sultan Salahuddin al-Ayyubi adalah orang pertama yang mengadakan perayaan maulid nabi. Hal ini bisa benar jika yang dimaksud adalah yang pertama, yaitu menghidupkan kembali tradisi yang telah mati dan sama sekali bukan untuk kepentingan politik. Selain itu, peringatan maulid ini juga dilakukan untuk membakar semangat juang umat Islam yang sedang terlibat dalam perang Salib melawan bangsa-bangsa Eropa (Perancis, Jerman, dan Inggris.) Pada waktu itu, Yerussalem dan Masjid al-Aqsha dikuasai oleh musuh, tetapi umat Islam banyak yang kehilangan semangat juang. Pasukan Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok politik kecil, sementara kekhalifahan hanyalah dianggap sebagai jabatan simbolik saja
Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang melihat kedaan tersebut menilai bahwa peringatan maulid Nabi saw akan mampu membangkitkan kembali semangat juang umat Islam. Hal ini karena dalam peringatan tersebut diungkapkan betapa gigihnya perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabat dalam menghadapi berbagai serangan kaum kafir
Pada musim haji tahun 579 H (1183 M), Sultan Salahuddin menginstruksikan kepada seluruh jamaah haji agar sepulang dari menunaikan ibadah haji, mereka memperingati Maulid Nabi setiap tanggal 12 Rabiul Awal melalui berbagai macam kegiatan yang mampu membangkitkan semangat jihad pasukan Islam. Pada peringatan maulid tahun itu, Sultan Salahuddin mengadakan sayembara penulisan riwayat Nabi saw dengan menggunakan bahasa yang paling indah. Para ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Akhirnya Syeikh Ja’far al-Barzanji lah yang berhasil memenangkan sayembara tersebut dengan karyanya yang berjudul ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata). Kemudian karya tersebut lebih dikenal dengan kitab al-Barzanji. Kitab inilah yang populer dipakai ketika peringatan maulid Nabi saw, termasuk di Indonesia
Pada akhirnya, perjuangan Sultan Salahuddin menunjukkan hasil positif, semangat umat Islam pun kembali bangkit. Sultan berhasil menghimpun berbagai kekuatan yang sebelumnya sempat lumpuh. Karenanya, pada 1187 M, atau empat tahun pasca-peringatan ini, Yerussalem dapat direbut kembali dan masjid al-Aqsha pun dapat dibebaskan dari cengkeraman musuh. Sultan Salahuddin membantah klaim yang menyatakan bahwa peringatan maulid adalah bid’ah yang terlarang, karena peringatan ini adalah untuk syi’ar, bukan untuk ritual
Al-Imam al-Suyuti dalam al-Hawi li al-Fatawa, menyebutkan bahwa gagasan menghidupkan kembali perngatan maulid ini bukan semata-mata dari gagasan Sultan Salahuddin, melainkan usulan dari saudara iparnya, Muzhaffaruddin di Irbil, Irak Utara. Muzhaffaruddin memperingati maulid untuk mengimbangi maraknya perayaan Natal yang dilakukan oleh kaum Nasrani di daerah kekuasaannya. Pada mulanya, ia mengadakan perayaan ini hanya berskala lokal istana saja dan tidak rutin setiap tahun. Namun kemudian, Sultan Salahuddin menjadikannya sebagai gerakan global untuk membangkitkan semangat juang Muslimin dalam menghadapi tentara Salib
Mencermati kembali sejarah peringatan Maulid Nabi, menarik kiranya jika semangat Maulid tidak hanya dijadikan sebagai budaya atau tradisi biasa, melainkan harus kembalikan sebagai media syi’ar dan pemersatu umat, dan pembangkit semangat juang umat Islam. Dengan demikian, maulid dapat menjadi media konsolidasi umat Islam
mungkin banyak yang berpendapat bahwa maulid nabi tidak ada pada zaman nabi dan hadis menyebutkan bahwa apa-apa yang tidak aku lakukan itu bid'ah dan bid'ah akan dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi kita tahu adalah maulid nabi yang isinya itu sholawat bersama, ngaji bersama, dan duduk dimajlis yang sama itu semua dilakukan oleh nabi dan itu semua di ringkup menjadi maulid nabi dan memperingatinya. dari semua sejarah yang kita tahu bahwa memperingati maulid nabi bukan bid'ah.
Tidak terlalu banyak yang saya sampaikan pada kesempatan kali ini dan mungkin banyak kesalahan dan kata-kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan karena manusia adalah tempat salah dan dosa jika ada pertanyaan dan kritik silahkan komentar dan jangan terpecah karena perbedaan tapi perbedaan itulah yang membuat kita menghormati sesama manusia karena kita islam dan islam itu  Rahmatallilalamin rahmat bagi seluruh alam.  Semoga artikel tugas Pendidikan Agama islam ini mendapat ridha Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Atrikel ini mendapat sumber dari:

Kamis, 22 November 2018

Pendidikan sepanjang Hayat dalam konsep Islam (Tugas 9)

1 komentar:
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahhirabbil alamin segala puji syukur kepada Allah subhanahu wata'ala tuhan kita semua, sehingga pada kesempatan kali ini saya diberikan kesempatan untuk menulis artikel sekaligus tugas pendidikan agama islam ini. Sholawat serta salam tidak lupa saya haturkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju islamiyah ini. pada kesempatan yang sangat berharga ini saya akan membahas tentang Pendidikan sepanjang Hayat dalam konsep Islam. 

     Sebelum melangkah pada pembahasan kali ini saya akan membahas terlebih dahulu apa itu pendidikan? dan apa itu islam ?
mungkin sedikit tentang tahu arti sebenarnya pendidikan dalam islam. Islam agama yang diturunkan oleh Allah SWT yang dibawa melalui via malaikat jibril dan di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Islam agama yang sempurna dan telah disempurnakan oleh Allah, yang mana agama islam sendiri adalah agama penyempurna dari agama-agama yang sebelumnya ada sejak nabi Adam AS. Islam menurunkan sebuah kitab suci yang man kitab suci ini adalah mukjizat terbesar didunia dan akan di bawah samapai di akhirat, Allah telah menurunkan kitab suci Al-Qur'an yang mana didalamnya sudah banyak disebutkan dan di ulang tentang konsep pendidikan sepanjang menurut Al-qur'an, dan juga telah di sampaikan di banyak perawi hadist yang menjelaskan tentang pendidikan. Berikut penjelasan tentang Pendidikan sepanjang hayat dalam konsep islam.

     Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia memiliki keistimewaan yaitu memiliki akal dan pikiran. Akal dan pikiran tersebut harus dimanfaatkan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah. Salah satu caranya yaitu dengan menuntut ilmu melalui berbagai macam proses pendidikan. Menuntut ilmu bagi orang islam sangat dianjurkan (Wajib) atas dirinya dari pertama ia dilahirkan di dunia sampai ia meninggal.

     Setiap muslim dan muslimah berkewajiban untuk menuntut ilmu/ belajar, baik ilmu tentang hal-hal dunia maupun ilmu yang mempelajari tentang urusan akhirat. Ilmu-ilmu tentang hal-hal di dunia antara lain Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa, dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang mempelajari tentang urusan akhirat yaitu ilmu agama, yaitu agama Islam. Kedua ilmu tersebut harus seimbang sehingga kehidupan dunia dan akhirat kita juga akan seimbang. Nabi Muhammad S.A.W. bersabda:
“Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat.”

Setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa mengharapkan datangnya kebahagiaan tanpa menuntut ilmu. Dalam hal ini, Nabi Muhammad S.A.W bersabda:
“Barang siapa yang menghendaki (kebahagiaan) dunia maka hendaklah ia berilmu dan baragsiapa yang menghendaki (kebahagiaan) akhirat maka hendaklah ia berilmu  dan baragsiapa yang menghendaki kedua-duanya maka ia pun harus berilmu.”

Manusia tidak akan bisa menjaga diri kita kalau tidak memiliki ilmu. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah yang artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q. S. At Taubah: 122).

Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Telah banyak disebuatkan di dalam kitab suci Al-qur'an menjelaskan tentang mencari ilmu hingga akhir hayat. Karena di dalam islam sendiri Ilmu bagaikan organ tubuh yang perlu di aktifkan dan jangan sampai di non-aktifkan kareana akan berdampak buruk pada manusia itu sendiri.

Pendididikan dalam Islam berlandaskan pada semua yang berada di dalam Al Quran dan Hadist. Ilmu yang diperoleh dari pendidikan juga wajib disebarluaskan kepada orang lain. Dimulai dari diri sendiri untuk mengikuti semua aturan dalam Islam yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, apabila telah menuntut ilmu, maka wajib untuk menyebarluaskan dan mengamalkannya. Ilmu yang tidak digunakan maka lama kelamaan akan terhapus dari ingatan manusia. Sebagaimana Rasulullah S.A.W bersabda:
“Barangsiapa yang mengajarkan ilmu, maka baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tidak kurang pahala bagi orang yang mengamalkannya.”

Apabila manusia mengajarkan ilmu yang telah mereka dapat, maka mereka akan memperoleh pahala seperti saat mengamalkan ilmu tersebut. Bila ilmu yang dimiliki tidak diajarkan, maka percuma saja memiliki ilmu sehingga ilmu tersebut hanya sia-sia. Sebagaimana Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Seseorang tidak dikatakan berilmu sehingga ia mengamalkan ilmunya itu.”
“Ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon tidak berbuah.”


Konsep pendidikan dalam Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yang artinya :
”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Konsep pendidikan dalam Islam berorientasi kepada pembentukan kepribadian muslim secara utuh dan menyeluruh. Tujuannya tidak sebatas dunia, melainkan menjangkau akhirat kelak. Dengan dilandasi kesadaran dan keyakinan bahwa manusia berasal dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan amalnya selama hidup di dunia.

 Konsep pendidikan dalam Islam bersifat universal.  Setiap manusia berhak dan wajib untuk memperoleh pendidikan. Tidak memandang perbedaan status, ras, warna kulit, dan sebagainya. Manusia tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan yang lain. Ilmu agama dan ilmu pengetahuan saling berhubungan satu sama lain. Manusia memerlukan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya di dunia dalam usaha mencapai kesejahteraan hidup. Sedangkan ilmu agama diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia. Jadi antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama saling memperkuat satu sama lain.

Untuk mencapai semua tujuan pendidikan maka tidak hanya cukup diperoleh melalui pendidikan formal saja, tetapi juga harus melalui pendidikan informal, dan pendidikan non formal. Pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu proses pendidikan secara berlangsung tanpa batas waktu dan tempat mulai sejak lahir sampai akhir hayat manusia. Pendidikan ini dilaksanakan di jalur pendidikan formal, non formal maupun informal yang berlansung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, menumbuhkan kesadaran bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis serta mengembangkan dan meningkatkan harapan hidup manusia. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup adalah merupakan akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan profesional, pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan dan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik. Bagi seorang muslim, tidak ada isitlah berhenti untuk belajar seumur hidup karena belajar bagi seorang muslim adalah belajar untuk senantiasa memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukan dan belajar untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas hidup baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horizontal (hablumminannas).

Semoga artikel yang sederhana dan singkat ini bisa menambah pengetahuan pembaca dan semiga mendatangkan manfaat didunia sampai diakhirat, jika ada kata-kata atau penulisan yang salah mohon dimaklumi dan saya pribadi mohon maaf sebesar-besarnya. jika anda berkenan mengomentari artikel saya ini saya sangat tersanjung. demikian saya akhiri. Alhamdulillah.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Artikel ini mendapat reverensi dari:

Manusia Sebagai Makhluk Siyasah (Tugas 8)

Tidak ada komentar:


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat tak lupa shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehinggga say dapat melanjutkan tugas ke delapan ini, pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia Sebagai Makhluk Siyasah. sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang artikel ini sebelumya para pembaca harus tahu apa itu Siyasah? Siyasah secara emitologis berasal dari bentuk masdar dari sasa yasusu yang artinya "mengatur, mengurus, mengemudikan, memimpin dan memperinta". di samping itu juga berarti "politik dan penetapan suatu bentuk kebijakan". pada kata sasa memiliki sinonim Dabbara (mengatur), to lead (memimpin), to govern (memerintah) dan policy of government (kebijakan pemerintah). Devinisi yang di kemukakan oleh beberapa tokoh yaitu:
-Ibnu Mansur (ahli bahasa di mesir) menyebutkan siyasah yaitu mengatur sesuatu dengan cara membawa kemaslahatan.
-Abdurrahman menyebutkan bahwa siyasah merupakan hukum dan kebijaksanaan yang mengatur berbagai urusan umat atau masyarakat yang berkaitan dengan pemerintah hukum dan peradilan, lembaga pelaksanaan dan administrasi, begitu pula yang berkaitan dengan hubungan luar negeri.

jika yang dimaksud dengan siyasah ialah mengatur segenap urusan ummat, maka islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan, islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan ummat. akan tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tetapi, islam juga tidak pernah melepaskan diri dari masalah kekuasaan.

Peninjauan untuk menentukan sikap atau lebih kita kenal dengan Orientasi, orientasi utama kita terkait dengan masalah kekuasaan aialah menegaknya hukum-hukum Allah dimuka bumi. Ini menunjukan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah SWT. Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan islam menentang adanya penguasaan mutlak seorang manusia atas manusia yang lain, karena yang demikian ini bertentangan dengan doktrin Laa ilaha illallah yang telah membebaskan manusia dari segenap thaghut(tiran). Sehingga, Kekuasaan manusia yang menentang hukum-hukum Allah adalah tidak sah.

Kekuasaan dan politik dalam Islam di dalam Al-Qur'an sudah disebutkan; "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (memerintahkan kebijaksanaan) di antara kamu supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah mendengar lagi maha melihat. Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih tentang suatu, maka kembalikan kepada Allah (Al-Qur'an) dan rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) lagi lebih baik akibatnya" (QS. An-Nisa : 58-59).

Dari kedua ayat tersebut tentunya kita harus pahami lebih, dinilai oleh para ulama' sebagai prinsip-prinsip pokok yang menghipun ajaran islam tentng kekuasaan dalam pengertian tanggung jawab terhadap amanahnya serta kekuasaan AllahSWT. Hal ini menandakan bahwa semua aspek kehidupan manusia telah diatur oleh Allah SWT melalui konstitusi yang ada di dalam Al-Qur'an, ini menendakan adanya syumuliatul Islam. Amanat dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu diantaranya adalah perlakuan adil. Keadilan yang di tuntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan, atau kaum muslim saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.

Dari sekian pengertian dapat disimpulkan bahwa fiqih siyasah merupakan konsep yang digunakan untuk mengatur hukum ketatanegaraan dalam bangsa dan negara dengan tujuan untuk mencapai kemaslahatan dan sekaligus mencegah kemudharatan.

Tujuan dari pada siyasah yaitu menata kehidupan manusia di dunia untuk di jadikan bekal bagi kehidupan yang selanjutnya (akhirat). Karena islam memandang kehidupan manusia di dunia sebagai ladang bagi kehidupan akhirat sehingga hidup ini memerlukan konsep yang benar dan sesuai dengan aturan-aturan yang Allah tetapkan melalui Kitab dan RosulNya agar menghasilkan kehidupan yang damai dan harmonis antara satu degan yang lainnya, karena manusia pasti memiliki keinginan hidup dengan orang lain secara damai dengan seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Keinginan tersebut merupakan cita-cita yang sesuai bagi kelangsungan hidup manusia dimuka bumi demi tercapainya suatu kepentingan. 

Perlu diketashui bahwasnya agama yang Rahmatal lilalamin Islam dan politik memiliki hubungan yang sangat erat, yang mana islam bukan hanya sekedar agama yang hanya memiliki prosesi-prosesi ritual dan ajaran kasih sayang, bukan hanya mementingkan aspek lega formal tanpa menghiraukan aspek-aspek moral. Yang mana  dalam hal ini politik berfungsi sebagai salah satu sendi kehidupan yang juga di atur oleh islam. Akan tetapi, islam tidak terpaku pada urusan politik saja. Karena agama yang sempurna dan telah disempurkan oleh Allah SWT.

Semoga artikel yang singkat ini bisa menambah pengetahuan para pembaca dan manfaat bagi semua jika ada kesalahn dalam artikel ini baik tulisan dan lain-lain mohon dimaafkan karena disini saya masih belajar juga. sekian tugas agama islam ke delapan ini. semoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini mendapat sumber dari:


Rabu, 21 November 2018

Mawaris atau Faraid (Tugas 7)

Tidak ada komentar:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehingga pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang apa itu Mawaris atau  Faraid. 

Mawaris berasal dari kata waris atau mirats, yang mana waris memiliki arti berpindahnya sesuatu, yang lebih dikenal dengan harta berupa materi dari seorang pewaris kepada ahli waris. Sedangkan secara istilah mawaris juga diartikan perpindahan harta ataupun kepemilikan suatu benda dari orang yang meninggal dunia. Sedangkan Faraid atau dikenal dalam bahasa arab Mafrud'ah adalah bagian pada harta yang peninggalan yang mana sudah ditentukan kadarnya. 

Pentingnya mempelajari ilmu Mawaris sangat penting karena sebagai umat islam sangat perlu mempelajari ilmu tersebut. karena  ilmu mawaris adalah ilmu pembagian harta warisan, Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjelaskan di awal  dan di akhir surat An-Nisa. Allah sendiri lansung yang memberi warisan demi kemaslahatan mahluknya. Allah Subhanahu wa ta'ala menetapkan laki-laki memperoleh dua bagian dari perempuan, tidak seorangpun yang boleh menyangkal hukum dan peraturannya, karena dialah Dzat yang maha adil dan maha bijaksana.

Dasar-dasar hukum Mawaris sendiri sudah banyak disebutkan di dalam kitab suci Al-qur'an dan  Hadist Rasulullah SAW. Diantaranya Firman Allah SWT. pada Qs. An-Nisa' ayat 7 yang artinya " Bagi orang laki-laki ada hak bagian dar harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. " dan masih banyak lagi yang terdapat di Al-qur'an.


Hukum mawaris yang ada pada hadist yang banyak diriwayatkan oleh para sabahat salah satunya ialah. " Ibnu Mas'ud pernah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku:Hendaklah kalian belajar ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah ilmu fara'id dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah Al-qur'an dan ajarkanlah kepada manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil(wafat), dan ilmu senantiasa akan berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada dua orang yang akan berselisih pendapat tentang (wajib atau tidaknya ) suatu kewajiban, dan keduanya tidak mendapatkan orang yang dapat memutuskan antara keduanya."(HR. Ad-Darimi). dan masih banyak lagi hadits Rasulullah SAW yang telah diriwayatkan oleh para perawi hadist.


Setelah kita membahas mawaris atau faraid yang ada pada Al-Qur'an dan Hadist kita beranjak pada Ciri-ciri pembagian mawaris dalam islam. 


1. ketetapan warisan merupakan peraturan yang bersifat sosial dan mengikat bagi siapa saja yang telah bersaksi bahwa Allah Subhanahuataala sebagai Rabbnya dan Muhammad sebagai nabi dan rasulnya.


2. Bahwasanya Allah Subhanahu wa ta'ala telah menempatkan setiap pemilik hak pada posisinya yang layak.


3. Dengan pembagian yang adil sesuai syariat tersebut, berarti islam telah berusaha memperkuat jalinan persaudaraan dan memperkokohnya dengan tali silaturahim.


4. Islam sangat mempedulikan kepemilikan individu, sehingga mendorong seseorang untuk berusaha sekuat tenanga, dengan harapan orang-orang yang dia cintai akan ikut merasakan manisnya hasil usahanya tersebut. Hal seperti ini tidak didapatkan pada masa jahiliyah Arab dan hukum adat.


5. Pembagian harta waris berdasarkan kebutuhan. Semakin seseorang membutuhkan kepada harta warisan, semakin banyak pula dia memperolehnya. Oleh karena itu, laki-laki memperoleh bagian lebih besar, karena laki-laki membutuhkannya dari pada perempuan.


Tujuan ilmu Mawaris atau Faraid adalah untuk menyelamatkan harta benda yang dimiliki oleh orang yang sudah meninggal dunia agar terhindar dari pengambilan harta orang-orang yang berhak menerimanya dan tidak adanya orang-orang yang memakan harta orang lain. Hukum mempelajari ilmu mawaris adalah fardu kifayah.


Sebab-sebeb memperoleh warisan dala islam yaitu: 1. Hubungan nasab. 2. Hubungan Pernikahan. 3. Wala' (sebeb memperoleh warisan akibat jasa seseorang yang telah memerdekakan hamba yang sebelumnya menjadi budak ataupun karena budak tersebut menjadi kaya).


Sekian Pembahasan artikel tugas Agama islam ini, semoga pembaca dapat memahami apa yang telah dijelaskan dalam artikel ini dan mendatangkan manfaat dan mendapat ridho Allah SWT. Akhir kata jika ada kesalahan dan mohon maaf.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Jumat, 16 November 2018

Manusia Sebagai Makhluk sosial (Tugas 6)

Tidak ada komentar:

Tugas 6 - Manusia Sebagai Makhluk sosial
 Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil alamin Puji syukur kepada tuhan kita Allah SWT yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmat sehinggga pada kerempatan ini saya akan membahas tentang Manusia sebagai makhluk sosial.


    Manusia adalah mahluk yang bisa dibilang rumitdan penuh misteri dan juga terkadang manusia dikatakan sebagai mahkluk yang sangat istimewa dari semua mahkluk yang tuhan ciptakan, manusia di ketegorikan sebagai mahluk yang sosial dan non sosial atau individual. Ada saatnya manusia itu harus jadi mahluk yang sosial dan adakalanya manusia harus menjadi mahluk yang sosial dan adakalanya manusia harus jadi mahluk yang individual. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.  Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari manusia lainnya. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

          Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan.
2. Dorongan untuk mempertahankan diri.
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.

          Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.


Sabda Nabi Muhammad saw . :

Artinya : Tidak boleh mendatangkan kerugian (bagi yang lain) dan tidak boleh membuat kerugian (bagi dirinya sendiri). (HR. Ibnu Majah).

Pada dasarnya, kewajiban manusia sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut :

1. Menghilangkan gangguan-gangguan pada diri sendiri.

Setiap individu manusia hendaknya selalu berusaha agar tidak suka untuk melakukan fitnah, berdusta, menghinakan dan merendahkan oranglain. Selain itu, harus berusaha agar jangan sampai berbuat yang merugikan orang lain. Suatu contoh misalnya : merusak tanaman, membunuh atau melukai binatang peliharaan tanpa alasan dan sebab, mengambil barang milik orang lain dengan jalan yang tidak sah dan benar

2. Berlaku baik terhadap orang lain.

Setiap orang islam harus berusaha agar dapat berbuat baik pada orang lain, sekalipun orang itu buruk perangai atau sikapnya.

Dalam dalil hadits Nabi dijelaskan :

Artinya : Sesungguhnya di atara seburuk-buruk manusia ialah orang yang ditinggalkan orang lain karena kejahatannya, (HR. Bukhari-Muslim)

Islam mengajarkan perihal pencapaian kesejahteraan dan perdamaian dalam hidup bermasyarakat baik antara perorangan maupun secara berkelompok. Oleh sebab itu orang Islam harus mampu menjadi pelopor dalam pembinaan perdamaian yang menuju ketentraman bagi masyarakat.

Dalam hadits Nabi diriwayatkan :

Artinya : hindarilah prasangka, karena prasangka itu adalah berita yang paling bohong. Jangan saling mencari keburukan-keburukan orang, jangan suka mengorek-korek rahasia orang lain, jangan saling menyaingi, dan jangan saling membenci, dan jangan saling marah dan jangan saling acuh tak acuh, Jadilah kamu semua sebagai hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari-Muslim)
Kemudian pada akhir dari hadits ini, dijelaskan :


انّ الله لاينظر الى صوركم واموالكم ولكن ينظر الى قلوبكم واعمالكم . رواه بخارى ومسلم

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan hartamu. Tetapi Allah melihat pada hati dan amalmu.

Dari keterangan hadits di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, ketentraman hidup bermasyarakat itu didorong oleh hati yang baik dan amal yang baik pula. Maka dalam hal ini yang dipandang oleh Allah bukanlah dari segi rupa atau harta dan wajah, tetapi yang dipandang dan diperhitungkan adalah justru hati dan amaliahnya.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah atau manusia sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

1.  Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2.  Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

3.  Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Manusia diciptakan Allah dari al-Alaq. Dari segi pengertian kebahasaan, kata ‘alaqantara lain berarti sesuatu yang tergantung. Memang, salah satu periode dalam kejadian manusia saat berada dalam rahim ibu adalah ketergantungan hasil pertemuan sperma dan ovum yang membelah dan bergerak menuju dinding rahim lalu bergantung atau berdempet dengannya. Yang berdempet itu dinamai zigote oleh pakar-pakar embriologi. 

Kata ‘Alaq dapat juga berarti ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak dapat hidup sendiri. Kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari sebab-sebab guna memperoleh apa yang di dambakan, sedang sebagian lainnya yang tidak terhitung banyaknya berada di luar kemampuan manusia. Apa yang didambakan itu tidak dapat tercapai kecuali jika sebab-sebab yang lain itu terpenuhi semuanya dan bergabung dengan sebab-sebab yang berada dalam jangkauan upaya manusia. 

Yang dapat mewujudkan sebab-sebab lain itu dan yang kuasa menggabungkannya hanyalah Allah SWT. Dialah Penyebab dari segala sebab. Ini merupakan keniscayaan dan keterpaksaan yang tidak dapat dielakkan setiap makhluk. 

Namun, selain ditentukan oleh Allah, perjalanan manusia juga sering dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh bantuan pihak lain. Apa pasal? Karena kebutuhan setiap orang sesungguhnya lebih banyak daripada potensi dan waktu yang tersedia untuknya. 

Si kaya, misalnya, membutuhkan kekuatan fisik, atau keterampilan, yang dimiliki si miskin. Pun sebaliknya, si miskin membutuhkan uang atau pekerjaan dari si kaya.

Dengan adanya saling butuh itu, maka manusia suka atau tidak suka, tidak dapat mengelak dari kerja sama. Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk memenuhinya dan kita kian tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan atau bantuan orang lain. Maka tidak heran, seiring kian tingginya kebutuhan, semakin seseorang tergantung kepada selainnya. Demikian pula sebaliknya. 

Jadi, jangan pernah menduga ada manusia yang dapat mengelak dari keniscayaan, kebutuhan dan ketergantungan itu — baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.

“Hai manusia, kamulah yang amat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha terpuji” (QS. Fathir ayat 150).

Semua kita berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Dengan kuasanya-Nya itulah kita membutuhkan-Nya serta tidak dapat mengelak dari kedudukan sebagai makhluk sosial.

Berkenan dengan hal itu, Bashar Ibnu Burd, seorang penyair Arab yang bijaksana, pernah menggubah sebuah syair berikut: “Aku disciptakan sebagaimana adanya, tidak diberi pilihan. Seandainya aku diberi, dan aku diberi yang tak kuinginkan, sungguh dangkal pengetahuanku tentang yang gaib.”

Allah sendiri, sebagai pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua dengan firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat ayat: 13).

Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi
“Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut Islam”

Dalam hal pergaulan hidup bermasyarakat, Islam  banyak sekali memberikan petunjuk, tuntunan, bimbingan dalam menciptakan suasana kehidupan yang aman, tentram, bahagia, damai dan sejahtera. Untuk ini antara lain Islam melarang adanya perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan kerugian baik bagi dirinya sendiri, lebih-lebih bagi kerugian orang lain.


Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam

Hidup menurut konsep islam bukan hanya kehidupan duniawi semata, tetapi berkelanjutan sampai pada kehidupan ukhrowi (alam akherta).  Dan apa yang kita lakukan selama di dunia, maka itulah yang akan kita petik di akherat nanti.

Hidup di dunia ini merupakan terminal dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang, mulai dari alam arwah, alam arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam akherat. Dan untuk bisa berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan mendapat ridho dari Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu mencari ridho Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan fungsi gandanya tersebut.

Semoga Artikel ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Dan dari artikel ini kita mendapat pelajaran bagi kita untuk hidup yang lebih baik lagi, dan jika ada kekurangan dan kata-kata yang salah pada tulisan saya ini mohon maaf dan anda berkenan mengomentari artikel saya ini sebagai tugas mata kuliah agama islam. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 


Artikel ini dikutip dari sumber di bawah ini :


 
back to top